Latest Post

10 Langkah Menyambut Ramadhan


Apabila kita akan menyambut tamu, kita akan berusaha menyiapkan penyambutan tamu tersebut dengan sebaik-baiknya, dengan memperindah pemandangan yang ada di rumah, mengumpulkan seluruh keluarga dan menyiapkan berbagai macam hidangan. Terlebih kalau tamu tersebut adalah tamu yang sangat kita hormati, maka persiapan yang kita lakukanpun akan semakin besar dan optimal. Beberapa pekan lagi tamu yang agung akan datang menghampiri kita yaitu Bulan suci Ramadhan. Kita sebagai orang beriman tidak boleh menyia-nyiakan musim ketaatan ini, karena Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba menyambut dan mengisinya ”dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.Muthaffifin:26). kemudian bagaimana kita menyambutnya?
Paling tidak ada 10 langkah yang harus kita lakukan dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan :

Pertama, berdoa agar Allah kembali memberikan kesempatan kepada kita bertemu dengan bulan Ramadhan dalam kondisi sehat wal afiat, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah baik puasa, shalat, tilawah dan dzikir. Dari Anas bin Malik ra berkata, Bahwa Rasulullah saw apabila masuk bulan Rajab beliau selalu berdoa ”Allahuma Bariklana fi Rajab wa Sya’ban wa balighna Ramadhan” artinya ” Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan sya’ban dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan” (HR.Ahmad dan Tabrani, statusnya dhaif).Dan para salaf shaleh selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadhan, dan berdoa agar Allah menerima amal mereka, apabila telah masuk awal Ramadhan mereka berdoa kepada Allah ”Allahu akbar, Allahuma Ahillahu ‘alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wa taufik lima tuhibbuhu wa tardha” artinya Ya Allah karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan dan keislaman dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhoi”.

Kedua, bersyukur dan memuji Allah atas karunia Ramadhan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi –Rahimahullah- dalam kitab adzkarnya berkata ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur, dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya”. Dan diantara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah & ketaatan. Maka ketika Ramadhan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat maka kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur kita kepada Allah.

Ketiga, bergembira dengan kedatangan Bulan Ramadhan. Rasulullah SAW selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadhan, sebagaimana dalam sebuah hadits “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa, pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka” (HR.Ahmad). Dan para salafus saleh sangat memperhatikan bulan Ramadhan, mereka sangat gembira dengan kedatangannya, karena tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadhan, karena bulan tersebut adalah bulan kebaikan dan turunnya rahmat.

Keempat, merancang agenda-agenda ukhrawi yang tepat agar mendapatkan manfaat bulan Ramadhan. Karena banyak diantara kaum muslimin hanya merencanakan agenda yang bersifat duniawi dengan sangat detil, tapi melupakan agenda-agenda yang bersifat ukhrawi. Ini merupakan gambaran bahwa kaum muslimin kurang memperhatikan waktu-waktu yang berharga dalam memperbaiki hubungan dengan Allah untuk membersihkan dirinya. Dan diantara agenda yang dapat dilaksanakan yaitu memanfaatkan Ramadhan dengan program-program ketaatan yang teratur dan terarah.

Kelima, bertekad mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahkannya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS.Muhamad (47) : 21)

Keenam, mengerti dan memahami hukum-hukum Ramadhan. Wajib bagi setiap mukmin dalam menyembah Allah dilandasi dengan ilmu. Tidak ada alasan bagi setiap mukmin tidak mengetahui ilmu yang berkenaan dengan hal-hal yang telah diwajibkan kepadanya. Diantaranya adalah puasa Ramadhan, maka wajib untuk diketahui ilmu dan hukumnyanya sebelum Ramadhan datang, agar puasanya benar dan diterima oleh Allah. “maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.(QS.Al Anbiya’ (21) : 7)

Ketujuh, menyambut Ramadhan dengan diiringi tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan – kebiasaan buruk dan bertaubat secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Dan bertekad meninggalkannya disertai dengan penyesalan. Ramadhan merupakan bulan taubat, kalau bukan di bulan Ramadhan, kapan lagi kita bertaubat? Firman Allah “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS.An Nuur (24) : 31).

Kedelapan, Mempersiapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan dan penelaahan melalui buku serta artikel. Juga dengan menghadiri majlis ilmu yang membahas tentang keutamaan puasa serta hukum dan hikmahnya. Sehingga secara kejiwaan kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadhan. Rasulullah selalu memberikan semangat kepada para shahabat setiap penghujung Sya’ban dan menjelang Ramadhan tiba.

Kesembilan, Mempersiapkan diri untuk berdakwah dengan langkah sebagai berikut:
1.  Menulis catatan kecil untuk disampaikan dalam kultum
2.  Membagikan buku-buku saku yang berisi nasehat,keutamaan puasa.
3.  Memberikan hadiah Ramadhan
4.  Mengingatkan kaum muslimin untuk lebih peduli dengan kaum fuqara.

Kesepuluh, Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih:
1. Kepada Allah dengan taubat yang jujur..
2.  Kepada Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mentaati apa yang diperintahkaan dan menjauhi apa yang dilarang.
3.  Kepada Orang tua, karib kerabat serta anak dan istri dengan menyambung silaturrahmi.
4. Dengan masyarakat yang kita hidup bersama dengan mereka agar kita menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi mereka “Khairun naas anfauuhum linnas” Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia.

Beginilah bumi yang kering menyambut turunnya hujan, baginilah seorang yang sedang sakit menyambut datangnya dokter dan beginilah seorang menunggu kekasihnya yang sudah lama ditunggu – tunggu kedatangannya.Wallahu A’lam bish Shawab.

Ustadz Qadar Iswanto

Bersiap Menyambut Ramadhan


Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar. Salawat dan salam semoga tercurah kepadanya, keluarganya, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka hingga kiamat tiba. Amma ba’du.

Bulan Ramadhan tak lama lagi tiba di hadapan kita. Bulan yang dinantikan oleh umat muslim di segala penjuru dunia. Bulan yang penuh dengan warna ibadah dan ketaatan; puasa, tilawah al-Qur’an, sholat malam, majelis ilmu, nasehat, sedekah, dan kepedulian kepada orang-orang yang membutuhkan. Inilah salah satu bukti keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, Aku telah cukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan Aku telah ridha Islam sebagai agama bagi kalian.”(QS. al-Maa’idah: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menunaikan haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma)

Bulan Ramadhan adalah bagian dari perjalanan waktu yang Allah ciptakan bagi hamba-hamba-Nya. Agar mereka memanfaatkannya untuk taat kepada-Nya dan menjauhi langkah-langkah setan yang terus berupaya untuk mengelabui dan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

Puasa Ramadhan adalah bagian dari keimanan. Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Shahihnya dengan judul ‘Bab. Puasa Ramadhan karena mengharapkan pahala adalah bagian dari keimanan’ dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Lezatnya Ketaatan
Seorang hamba yang menyadari bahwa Allah adalah sesembahan-Nya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul-Nya tentu akan merasakan lezatnya ketaatan dalam beribadah dan tunduk kepada syari’at-Nya. Dia tidak akan merasa berat atau sempit tatkala harus menunaikan perintah Rabb alam semesta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-’Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman atau perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian mereka masih memiliki pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)

Mengiringi Amal Salih Dengan Keikhlasan
Puasa Ramadhan adalah amal salih yang sangat utama. Bahkan ia termasuk rukun islam. Sementara amal salih tidak akan bernilai di sisi Allah jika tidak diiringi dengan keikhlasan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan itu dinilai dengan niat. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia peroleh atau wanita yang ingin dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu)

Melandasi Amalan Puasa Dengan Takwa
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Thalq bin Habibrahimahullah berkata, “Takwa adalah kamu melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah. Dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut terhadap hukuman Allah.”

Puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga. Lebih daripada itu, puasa adalah ketundukan seorang hamba terhadap Rabb yang telah menciptakan dan mengaruniakan segala macam nikmat kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia. Sembahlah Rabb kalian, yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 21)

Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, berupa ucapan dan perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah memiliki tiga pondasi amalan hati, yaitu cinta, harap, dan takut. Seorang hamba yang beribadah kepada Allah harus menyertakan ketiga hal ini dalam setiap ibadah yang dilakukannya. Beribadah kepada Allah dengan cinta saja adalah kekeliruan kaum Sufi. Beribadah kepada Allah dengan harap saja adalah kekeliruan kaum Murji’ah. Dan beribadah kepada Allah dengan takut saja adalah kekeliruan kaum Khawarij. Oleh sebab itu ketiga hal ini harus ada di dalam hati seorang hamba tatkala beribadah kepada-Nya.

Ibadah seperti inilah yang akan diterima oleh Allah. Allah ta’ala berfirman tentang ibadah kurban (yang artinya), “Tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya ataupun darahnya, akan tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah ketakwaan dari kalian.” (QS. al-Hajj: 37).

Menjalankan Puasa Dengan Sunnah Nabi-Nya
Ibadah kepada Allah tidak akan diterima jika tidak sesuai dengan syari’at-Nya. Dan tidaklah Allah mensyari’atkan kecuali melalui perantara Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Katakanlah: Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan termasuk bagian darinya maka ia pasti tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha). Dalam riwayat Muslim juga disebutkan,“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia pasti tertolak.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Rasul sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidaklah dia (Muhammad) berbicara dari hawa nafsunya. Tidaklah yang dia ucapkan melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm: 3-4)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa saja yang dibawa oleh Rasul maka ambillah, dan apa saja yang dilarang olehnya maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr: 7). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul itu setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya, dan kelak Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kaum muslimin telah sepakat, bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya suatu tuntunan (hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak halal baginya meninggalkannya dengan alasan mengikuti pendapat seseorang.” Imam Ahmadrahimahullah juga menegaskan, “Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya dia berada di tepi jurang kehancuran.”

Mengharapkan Pahala dan Ampunan dari-Nya
Pahala dari Allah dan ampunan-Nya adalah sesuatu yang amat dibutuhkan oleh seorang hamba. Sementara pahala dan ampunan itu Allah peruntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya lelaki dan perempuan yang muslim, lelaki dan perempuan yang mukmin, lelaki dan perempuan yang taat, lelaki dan perempuan yang jujur, lelaki dan perempuan yang sabar, lelaki dan perempuan yang khusyu’, lelaki dan perempuan yang bersedekah, lelaki dan perempuan yang berpuasa, lelaki dan perempuan yang menjaga kemaluannya, lelaki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah. Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 35)

Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang menghapuskan dosa-dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sholat lima waktu. Jum’at yang satu dengan jum’at berikutnya. Ramadhan yang satu dengan Ramadhan berikutnya. Itu semua adalah penghapus dosa-dosa, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Untuk itu, semestinya seorang hamba yang menyadari bahwa dosa yang telah dilakukannya adalah musibah dan bencana bagi kehidupannya untuk segera bertaubat dan kembali kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bertaubatlah kepada Allah kalian semua, wahai orang-orang yang beriman. Mudah-mudahan kalian menjadi orang yang beruntung.” (QS. an-Nur: 31). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan hendaklah kalian memohon ampunan kepada kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya.” (QS. Hud: 3)

Bulan Ramadhan tak lama lagi datang. Alangkah malang diri kita jika bulan yang penuh berkah ini berlalu begitu saja tanpa curahan ampunan dan pahala dari-Nya. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini, melarutkan kita dalam kelezatan beribadah dan bermunajat kepada-Nya, menangisi dosa dan kesalahan kita. Ya Allah Ya Rabbi, pertemukanlah kami dengannya…

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi


KHOTBAH NABI S.A.W. MENYAMBUT RAMADHAN

KHOTBAH NABI S.A.W. MENYAMBUT RAMADHAN

"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam
itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."
 
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya."
 
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu'.
Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.
Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.
Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.
Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan
perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk kedalam surga."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Meriahnya Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan

 Meriahnya Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan. Hore…Nggak lagi kita akan menjalankan ibadah puasa, kawan! Nah,  di Indonesia, dimana sebagian besar warganya adalah muslim, pasti berbagai acara atau tradisi menyambut Ramadhan banyak digelar di berbagai daerah, kawan. Tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan ini digelar dengan alasan yaitu bentuk rasa syukur umat muslim kepada Allah SWT dan cara meluapkan kegembiraan para umat muslim karena datangnya bulan puasa. Nah, kali ini Ekspresi Suara Remaja mau berkeliling di beberapa daerah Indonesia untuk melihat Tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan, mungkin salah satunya ada kota kamu, kawan.
1. Dugderan

Tradisi “Dugderan” ini berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Nah, nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”, kawan. Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang dipukul berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. kalau kata “Der” sendiri berasal dari suara  meriam yang dibunyikan bersamaan dengan tabuhan bedug, kawan. Tapi pada masa sekarang meriam diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran. Bleduran sendiri terbuat dari batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam, Bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.  Dugderan biasanya digelar kira-kira sayu sampai dua minggu sebelum puasa dimulai. Karena sudah berlangsung ratusan tahun, tradisi Dugderan ini sudah menjadi semacam pesta rakyat lho. Dalam tradisi ini berisi banyak kegiatan seperti  arak-arakan (karnaval),  tabuh bedug oleh Walikota Semarang, dan nggak ketinggalan tari Japin.
2. Meugang

Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warga menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut “Meugang”, kawan. Tahu nggak, kalau tradisi “Meugang” ini sudah ada sejak  jaman raja-raja Aceh atau sudah ada sejak tahun 1400 Masehi. Wow! Nah, setelah dipotong, warga aceh memakan daging kerbau atau kambing secara bersama-sama, kawan. Tentunya dagingnya sudah dimasak terlebih dulu ya. Hehehe. Bahkan kalau ada warga yang nggak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, biar semua warganya bisa menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Wah, luar biasa!
3. Jalur Pacu

Kalau di Riau tepatnya di Kabupaten Kuantan Singingi, warganya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung lho, namanya tradisi “Jalur Pacu”. Tradisi ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, kawan. Seluruh warga Riau pasti akan beramai-ramai datang menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar satu tahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.
4. Nyorog
Tradisi ini berasal dari Betawi, kawan.” Nyorog” sendiri mempunyai arti membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, sebelum datangnya bulan Ramadhan. Biasanya bingkisan tersebut  berisi bahan makanan mentah, tapi ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, kalau bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga bisa sebagai pengikat tali silahturahmi keluarga.
5. Munggahan
Nah, kalau di Sunda mempunyai tradisi yang diberi nama “Mungguhan”. Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas sunda Mereka juga mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan.
Wow, berbagai macam tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan terihat sangat meriah ya. Tentunya masih banya tradisi-tradisi lainnya di berbagai daerah di Indonesia yang nggak kalah meriah. Bagaimana dengan tradisi di kotamu kawan remaja?

Hikmah Sedekah

Hikmah Sedekah

Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.
Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.
Salam, Yusuf Mansur.
Salam Wisata Hati.
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)
( Oleh : Ust. Yusuf Mansur – Wisatahati )

Popular post

 
Support : Jasa Pembuatan Website | Toko Online | Web Bisnis
Copyright © 2011. Nurul Asri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger