Latest Post

Orang-orang yang Dihinakan Allah


Orang-orang yang Dihinakan Allah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT bila mencintai hamba-Nya memanggil Jibril seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’” Rasulullah bersabda, “Maka, Jibril pun mencintai si fulan.” Lalu, Jibril menyeru semua penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan.” Nabi bersabda, “Maka, si fulan dicintai penduduk langit dan dia pun diterima oleh penduduk bumi.”

Jika Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, “Sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah dia sehingga Jibril pun membencinya.” Rasulullah bersabda, “Lalu, Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia.’” Penduduk langit pun membenci si fulan, kemudian dia pun dibenci penduduk bumi. (HR Bukhari dan Muslim).

Orang yang sengsara adalah yang dihinakan Allah sehingga penduduk bumi pun akan membicarakan orang tersebut dengan kejelekan dan cercaan. “Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS al-Hajj 18). 

Rasulullah SAW sering berdoa agar tidak dihinakan Allah, “Ya Allah berilah tambahan kebaikan dan jangan Engkau kurangi, muliakan kami, dan jangan Engkau hinakan. Berilah anugerah kepada kami dan jangan kaucegah. Prioritaskan kami dan jangan ditinggalkan. Ridailah kami dan berikan  keridaan kepada kami.” (HR Achmad dan Turmudzi).

Di antara bentuk kehinaan yang ditimpakan Allah di dunia adalah kehinaan hidup, ditimpakan kekalahan dalam persaingan, dan disesatkan dari jalan Allah. Sedangkan, kehinaan pada hari kiamat adalah ditutup matanya dari melihat Allah (QS Hud 105-107/al-Muthaffifiin 14-17). 

Di antara orang-orang yang dihinakan,
Pertama, pelaku kemaksiatan (QS Ghofir 82). Al- Mu’tamir bin Sulaiman berkata, “Sesungguhnya seseorang yang melakukan dosa secara rahasia, maka pada pagi harinya akan ditimpakan kehinaan.” (Raudlatul Muhibbin, karya Ibnul Qoyyim, hlm 441).

Kedua, orang yang menentang ajaran Islam (QS az-Zumar 55-61 dan al-An’am 125). Umar RA berkata, “Kita dimuliakan Allah dengan Islam dan barang siapa yang mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka dia akan dihinakan.” (Ibnu Abdil Birr dalam kitab Al-Mujalasah wa Jawahiril Ilmi, juz II, hlm 273).

Ketiga, menolak kebenaran karena kesombongan (QS Shad 12-15, al-Haqqah 4-8). Hasan Bisri mengatakan, ada tiga macam manusia, yakni mukmin, munafik, dan kafir. Mukmin adalah orang yang menaati perintah Allah, kafir adalah yang dihinakan Allah, dan munafik adalah mereka yang tidak mengenal Allah, tapi dikenal keingkarannya dengan perbuatan-perbuatan jahat dan menampakkan kejauhan dirinya dari Allah (Al-Firyabi dalam kitab Shifatul Munafiq, hlm 61). 

Keempat, sombong di hadapan makhluk (QS al-Qashash 83).
Kelima, orang zalim (QS al-A’raf 165-166 , Yunus 13-14).
Keenam, penghamba harta dan kedudukan (QS al-An’am 44). Rasulullah bersabda, “Celakalah penghamba dinar dan dirham.” (HR Bukhari).

Oleh: Prof Dr Achmad Satori Ismail

Mukjizat Alquran tentang Jenis Kelamin Bayi


Mukjizat Alquran tentang Jenis Kelamin Bayi

Pada awalnya, manusia meyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Ada pula yang percaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan.  Jauh sebelum ilmu pengetahuan mengetahui tentang rahasia jenis kelamin bayi, pada abad ke-7 M, Alquran telah memberi tahu bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".

Mari simak surah An-Najm [53] ayat 45-46:  "Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan."

Menurut Harun Yahya, kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan.

Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Alquran diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.

''Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Alquran ini,'' ujar Harun Yahya.

Menurut dia, kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita.

Menurut dia, penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X.
Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.

''Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita,'' papar Harun Yahya.

Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.

Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Alquran telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.
Sumber:Republika,HarunYahya.

Pemimpin dan Kepercayaan


Al-Imam al-Bukhary meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abdurrahman bin Samurah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
«ูŠَุง ุนَุจْุฏَ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุจْู†َ ุณَู…ُุฑَุฉَ ู„ุงَ ุชَุณْุฃَู„ِ ุงู„ุฅِู…َุงุฑَุฉَ، ูَุฅِู†ْ ุฃُุนْุทِูŠุชَู‡َุง ุนَู†ْ ู…َุณْุฃَู„َุฉٍ ูˆُูƒِู„ْุชَ ุฅِู„َูŠْู‡َุง، ูˆَุฅِู†ْ ุฃُุนْุทِูŠุชَู‡َุง ุนَู†ْ ุบَูŠْุฑِ ู…َุณْุฃَู„َุฉٍ ุฃُุนِู†ْุชَ ุนَู„َูŠْู‡َุง»
“Wahai Abdurrahman jangan meminta kepemimpinan (jabatan). Jika engkau mendapatkannya dengan meminta, engkau akan disandarkan kepadanya, tetapi jika engkau mendapatkannya tanpa meminta engkau akan dibantu memikulnya.” (HR al-Bukhari)
Berdasarkan kepercayaan rakyatnya, pemimpin ada tiga macam: Yang pertama pemimpin yang sudah dipercaya sebelum memimpin, sehingga dia memimpin berkat kredibilitas yang sudah dimiliki tanpa direkayasa; yang kedua pemimpin yang mengusahakan kepercayaan agar dapat memimpin; yang ketiga pemimpin yang tidak peduli dengan kepercayaan rakyatnya.

Pemimpin Tirani
Jenis ketiga adalah pemimpin terburuk. Mungkin aneh bagaimana seseorang dapat memimpin  tanpa mendapat kepercayaan? Pada kenyataannya sejarah banyak mencatat munculnya pemimpin model begini. Realitasnya bahkan ada bermacam bentuk untuk pemimpin tanpa modal kepercayaan:
Yang pertama adalah pemimpin bertangan besi, alih-alih meraih kepercayaan dan kepuasan rakyat mereka menjadikan rasa takut sebagai sandaran kekuasaan. Raja Nero dari Roma, Hitler, Mussolini, Stalin dan seterusnya adalah contoh-contoh pemimpin yang tidak peduli apakah rakyat percaya kepada mereka atau tidak. Ada yang lebih penting dari kepercayaan rakyat, yaitu doktrin besar yang mereka angkat, atau ambisi besar yang mereka inginkan.
Yang kedua adalah pemimpin yang selain bertangan besi, juga bersandar pada doktrin agama yang mengagungkan penguasa. Dalam al-Qur’an Fir’aun dan Namrudz adalah dua contoh yang paling sering disebut. Sejarah mencatat penguasa-penguasa tirani jenis ini banyak bermunculan terutama sebelum masa Nabi Muhammad SAW. Mereka bahkan sering meminta perlakuan seperti Tuhan, ditaati secara mutlak, diyakini kekuataannya yang luar biasa, diagungkan dengan berbagai cara, dan kekuasaan yang abadi sampai mati. Dalam beberapa dinasti peradaban Mesir kuno diyakini oleh rakyatnya bahwa raja-raja Mesir adalah dewa-dewa.
Yang ketiga adalah pemimpin yang dipilih hanya berdasarkan doktrin. Pemimpin jenis ini muncul dalam sistem teokrasi di mana penguasa dianggap wakil Tuhan. Seperti penguasa-penguasa Romawi Barat pada Masa Kegelapan Eropa, yang merupakan pendeta-pendeta Gereja Katholik. Sampai sekarang Gereja Katholik masih meyakini kesakralan otoritas politik gereja, sehingga loyalitas penganut Katholik selalu mendua antara loyalitas kepada negaranya dan loyalitas kepada Vatikan.
Allah berfirman tentang mereka:
ุงุชَّุฎَุฐُูˆุง ุฃَุญْุจَุงุฑَู‡ُู…ْ ูˆَุฑُู‡ْุจَุงู†َู‡ُู…ْ ุฃَุฑْุจَุงุจًุง ู…ِู†ْ ุฏُูˆู†ِ ุงู„ู„َّู‡ِ
“Mereka (Ahlul Kitab) menjadikan rabb-rabbii dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah” (QS at-Taubah: 32)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzy dan ath-Thabrany dari Adiy bin Hatim r.a, beliau adalah seorang sahabat Nabi yang sebelumnya beragama Nasrani. Beliau berkata, “Aku datang kepada Nabi Muhammad SAW, sedang di leherku ada salib dari emas.”
Nabi SAW bersabda, “Wahai Adiy buang berhala itu dari lehermu.”
Lalu kubuang salib itu. Sampai aku mendatangi beliau, pada saay beliau membaca surat Bara’ah (at-Taubah), sampai pada ayat: ““Mereka (Ahlul Kitab) menjadikan rabb-rabbii dan pendeta-pendeta  mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah”[1] Sampai beliau selesai.
Aku berkata,“Kami tidak menyembah mereka.”
Beliau berkata. “Bukankah mereka mengharamkan yang Allah halalkan, dan menghalalkan yang Allah haramkan, lalu kalian mengikutinya?”
Aku berkata, “Benar.”
Beliau bersabda “Itulah bentuk penyembahan mereka.”

Mirip dengan teokrasi Katholik Roma, sistem politik Iran juga menjadikan doktrin agama sebagai sandaran kekuasaan. Pada awalnya ajaran Syi’ah Itsna Asyariyyah tidak mengakui seorang pemimpin pun selain 12 imam keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib, tetapi setelah berabad-abad imam ke-12 tidak kunjung muncul, Khomeini memunculkan doktrin baru bernama Wilayatul Faqih. Khomeini mengatakan bahwa kepemimpinan imam bisa digantikan oleh kepemimpinan seorang faqih yang dipilih oleh ulama-ulama Syi’ah yang memiliki kapasitas tertentu yang dinamakan sebagai para “ayatullah.” Di Iran tak seorang pun boleh berpendapat beda dengan “Wali Faqih” yang menjadi pemimpin tertinggi negara itu. Siapapun yang berani menentang Wali Faqih minimal berhadapan dengan penjara, atau lebih buruk dari itu. Pada saat ini peran Wali Faqih tersebut dipegang oleh “Ayatullah” Ali Khamanei.
Dalam masalah loyalitas, para penganut madzhab Syi’ah Itsna Asyariyyah lebih tegas dari pada penganut Katholik, karena Vatikan biasanya tidak memiliki kebijakan politik praktis. Sedangkan penganut Syi’ah Ja’fariyyah atau Itsna Asyariyyah yang umumnya mengimani doktrin wilayatul faqih mereka selalu berpihak pada kepentingan dan sikap-sikap politik Iran. Sehingga mereka yang bukan warga negara Iran selalu menghadapi masalah dengan kepentingan politik lokal jika berseberangan dengan kepentingan politik Iran.
Dalam keyakinan Ahlus Sunnah masalah kepemimpinan bukanlah masalah aqidah yang ditentukan dengan wahyu. Masalah kepemimpinan adalah pilihan manusia berkaitan dengan kapasitas dan kredilibilitas seseorang. Nabi Muhammad SAW tidak menentukan secara definitif siapa pemimpin umat Islam setelahnya. Kaidah dan pedoman dalam masalah ini adalah firman Allah tentang sifat orang-orang beriman:
ูˆَุฃَู…ْุฑُู‡ُู…ْ ุดُูˆุฑَู‰ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ
“… dan urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka..” (QS Syura : 38)

Islam hanya mengenal satu sumber Kebenaran Mutlak yaitu Allah SWT. Dan Allah hanya menjamin enam Kebenaran Mutlak dalam enam Rukun Iman. Tidak ada yang harus diimani secara mutlak di luar enam pondasi tersebut. Tidak ada yang berhak ditaati secara mutlak selain Sang Pencipta.
Diriwayatkan dalam as-Shahihain, bahwa Nabi Muhammad SAW mengutus sebuah pasukan dan memilih salah seorang dari mereka menjadi amir (pimpinan) mereka. Di dalam perjalanan terjadi perselisihan antara mereka. Lalu sang amir memerintahkan anak buahnya untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu menyalakannya. Sang amir memerintahkan semua anah buahnya untuk terjun ke dalam api yang mereka nyalakan. Seraya berkata, “Bukankah Nabi telah memerintahkan kalian untuk taat kepadaku?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Sang Amir berkata,“Aku perintahkan kalian untuk masuk ke dalamnya!”
Sontak seluruh pasukan bingung. Sebagian mereka berkata, “Sesungguhnya kita mengikuti Nabi agar selamat dari api (neraka), bagaimana mungkin kita sekarang harus masuk ke dalamnya?!”
Mereke terus berbeda pendapat, sampai api tersebut padam. Ketika mereka kembali kepada Rasulullah SAW dan mengadukan masalah mereka kepada beliau. Nabi SAW bersabda, “Jika mereka memasuki api tersebut, mereka tidak akan keluar dari situ.” Lalu Nabi Muhammad SAW mengajarkan prinsip ketaatan yang benar dengan sabdanya:
ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ุทَّุงุนَุฉُ ูِูŠ ุงู„ْู…َุนْุฑُูˆูِ
“Ketaatan hanyalah wajib dalam hal kebaikan.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Pemimpin Kredibel
Itu semua tentang pemimpin yang tidak peduli tentang pentingnya kredibilitas dan rasa saling percaya antara pemimpin dan yang dipimpin. Sedangkan pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang kredibel dan terpercaya sebalum dia menjadi pemimpin. Di hadits Abdurrahman bin Samurah yang disebutkan diatas, Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar seorang muslim seyogyanya tidak meminta jabatan pemimpin.
Seseorang yang menginginkan jabatan kepemimpinan sebelum diberi amanah tersebut biasanya belum terlihat kapasitasnya, atau belum dirasakan urgensi pengangkatannya sebagai pemimpin. Karena manusia pada kondisi normal mesti mencari dan membutuhkan pemimpin yang layak. Siapa pun yang memiliki kemampuan dan kapasitas memimpin jika tampak dan muncul di tengah lingkungan yang memerlukan pemimpin secara otomatis akan dijadikan pemimpin.
Menemukan sosok pemimpin yang kredibel merupakan “fardlu kifayah” dan kewajiban kolektif yang mesti dilakukan komunitas manusia di mana pun dan kapan pun. Kesalahan dalam memilih pemimpin selalu berakibat fatal dan berbuntut panjang.
Pada kondisi normal masyarakat memilih orang yang paling kapabel dan kredibel untuk menjadi pemimpinnya. Tetapi sayangnya kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Sering terjadi masyarakat tertipu dengan rekayasa orang-orang yang menginginkan kekuasaan untuk kepentingan tertentu.

Pemimpin Populer
Pada saat kredibilitas tidak muncul secara alami, maka orang cenderung melihat popularitas seseorang. Tentu saja resiko kesalahan dalam memilih pemimpin dengan kriteria ini sangat besar. Karena yang populer belum tentu baik dan layak. Sejak  Machiavelli mengarang kitab  Il Principe (Sang Pangeran), dunia politik praktis semakin diwarnai orang-orang licik dan culas. Kejujuran dan moral menjadi barang sulit dan langka di dunia politik.
Tetapi hal itu bukan berarti kelicikan dan kepura-puraan menjadi kartu As dalam kancah politik praktis. Ketika masyarakat semakin berpendidikan dan berwawasan baik, semakin sulit rekayasa politik hipokrit dapat diterima.
Politik rekayasa dan manipulasi menjadi ampuh dalam dua model masyarakat; masyarakat polos dan lugu, atau masyarakat licik dan penuh kecurangan. Pada masyakat pertama, orang yang berpura-pura jujur dan baik dapat dengan mudah diterima. Pada jenis kedua senjata yang dipakai adalah permainan interes (kepentingan) dan serangan. Sedangkan masyarakat yang cerdas tetapi menjunjung tinggi moral, rekayasa dan manipulasi tidak ampuh untuk meraih kepercayaan mereka.
Adalah kewajiban umat Islam dan bangsa Indonesia untuk semakin menyehatkan dan mencerdaskan kehidupan politik jika tidak ingin bangsa ini luluh karena gagal memilih pemimpin yang sholeh yang dapat membawa mereka menuju masa depan yang lebih baik. HadanaLlahu wa iyyakum ajma’in. (fij)

Oleh: Fahmi Islam Jiwanto, MA

Muslim Italia Akhirnya Bersatu


Sebuah langkah maju diambil guna menyatukan komunitas Muslim Italia. Dalam kongres yang berlangsung Sabtu (24/3) kemarin, 250 masjid dan Islamic Center memutuskan untuk membentuk konfedarasi Islam Italia. Keputusan itu merupakan puncak dari dialog yang berlangsung sejak 2009 lalu.
"Akhirnya komunitas muslim punya satu yang bulat dan kuat," kata Sekjen Uni Masyarakat dan Organisasi Islam Italia (UCOII), Abdellah Redouane, seperti dikutip ansamed.info, Ahad (25/3).

Presiden terpilih Konfederasi Masjid Italia, Fiktri Wahid menyatakan organisasi ini lahir dari persatuan federasi regional mulai lebih dari setahun yang lalu dengan kongres yang berlangsung di Milan, Turin, Bologna, Brescia, dan Perugia.

"Pentingnya kelahiran organisasi baru ini adalah mempromosikan nilai-nilai kewarganegaraan dan Integrasi. Intinya, ada semacam kesepakatan untuk mendorong harmonisasi masyarakat Islam dengan komponen lainnya," ungkapnya.

Aspek penting lainnya, kata fikri, adalah menciptakan kondisi terbaik untuk menjamin martabat dan kebebasan beribadah, menggarisbawahi pentingnya keberadaan tempat ibadah yang mencerminkan kreatifitas dan kemegahan budaya Italia terhadap prospek integrasi dan dialog dengan agama-agama lain yang hadir di negara ini.

Di antara aspek-aspek baru dari Konfederasi ini adalah pembentukan lembaga para imam dan ulama. "Sampai sekarang, rencana itu belum diselesaikan," ujarnya.

Moscow, Kota Besar Islam di Masa Depan


Bagi kalangan imigran negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, Moscow menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik.
Untuk Moscow, kedatangan mereka yang sebagian besar merupakan Muslim, menjadikan ibukota negeri Beruang Merah ini sebagai salah satu kota besar Muslim di masa depan. Saat ini, lebih dari dua juta umat Islam menetap di kota terbesar di Rusia ini. Mereka tinggal dan bekerja di Moscow.
Pada saat shalat Jumat tiba, praktis jalan-jalan utama di pusat kota mendadak macet. Puluhan ribu Muslim tumpah ruah di jalan-jalan tersebut. Bagi warga Moscow yang sudah terbiasa tentu maklum meski tak sedikit yang mengumpat.

"Jumlah kami terlalu besar. Beruntung ada masjid di kota ini. Meski sebenarnya masjid yang ada tidaklah siap menampung jutaan Muslim secara tiba-tiba," ungkap Ulugbek, seorang warga Moscow, seperti dikutip britishbusinessfinder.com, Kamis (22/3).

Anggota kelompok nasionalis Russovet, Yuri Gorsky, menilai kedatangan para imigran yang kebetulan Muslim merupakan dampak dari kemajuan yang dialami Moscow. "Rusia mungkin sedang membangun kembali gereja tapi Muslim juga tak berhenti membangun masjid," kata dia.

Gorsky mengaku tak keberatan Moscow dipenuhi orang-orang yang tidak berasal dari etnis Slavia. Namun, ia keberatan kalau Moscow di penuhi muslim. "Kami harus hentikan mereka," ketusnya.

Harus diakui tidak semua masyarakat Rusia menerima Muslim. Tak heran, serangan kekerasan bernada rasis marak terjadi. Kelompok hak asasi Rusia, Sova centren, mencatat pada tahun 2011 silam terjadi serangan rasis yang memakan korban tewas tujuh orang dan 28 luka-luka. Angka itu memang menurun ketimbang tahun 2008 di mana korban tewas mencapai 57 jiwa dan 196 luka-luka.

Meningkatnya populasi Muslim di Moscow juga diimbangi dengan kenaikan toko dan kafe halal di seluruh kota. Mulai dari restoran mahal hingga termurah.
Sumber:Republika

Bebaskan Al-Aqsha, Pulihkan Kehormatan Kaum Muslimin


Kondisi yang kian memanas di Palestina dan Suriah membuat Al-Azhar—universitas tertua sekaligus lembaga keagamaan berpengaruh di Mesir—bersuara.  

Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib, mengatakan saat ini umat Islam di negara-negara Arab tengah berada dalam kondisi yang memprihatinkan. 

"Umat Islam menderita dan menjadi sasaran panah musuh yang menargetkan mereka tanpa alasan yang jelas. Umat Islam juga jadi sasaran tembak hanya karena mereka menuntut kebebasan dan kemerdekaan, yang merupakan hak semua bangsa di muka bumi," kata Syekh Tayyib sebagaimana dilansir Onislam.net, Jumat (16/3).

Kondisi umat Islam yang paling buruk, kata Syekh Tayyib, terutama di Afghanistan, Suriah dan Palestina. Melihat kenyataan tersebut, Al-Azhar—sebagai lembaga penjaga nurani umat—mengaku prihatin. Oleh sebab itu, Al-Azhar mengeluarkan pernyataan resmi terkait dengan Afghanistan, Suriah dan Palestina. 

Pertama, kata Syekh Tayyib, satu-satunya cara untuk menghancurkan ketidakadilan yang diderita oleh rakyat Afghanistan selama lebih dari 10 tahun adalah dengan hengkangnya pasukan kafir asing dari bumi Afghan. Sebab, mereka sengaja datang ke Afghanistan untuk menghukum orang yang tertindas dan tidak bersalah dengan dalih "perang melawan teror". 
"Padahal, sebenarnya mereka sengaja memerangi negara-negara Muslim yang tengah bangkit di Asia. Mereka sangat ketakutan jika negara-negara Muslim bangkit dan maju," ujarnya.

Kedua, terkait dengan kondisi yang kian memanas di Suriah. Al-Azhar mendesak rezim penguasa agar menghentikan mesin-mesin pembunuh dalam menumpahkan darah warga yang tak berdosa. Sebab, mesin pembunuh yang haus darah itu hanya akan mewariskan ancaman bagi masa depan seluruh rakyat Suriah.

Ketiga, tentang Palestina. Menurut Syekh Tayyib, selama ini Palestina selalu didera pergolakan dan penderitaan. Ia mendesak penguasa di negara-negara Arab dan negara Muslim lainnya agar mempelajari "sejarah", bahwa saat ini Al-Quds berada di tangan musuh. Al-Aqsha harus dibebaskan, kehidupan dan kehormatan kaum Muslimin harus dipulihkan. Dan ini hanya bisa dicapai melalui kebangkitan Arab, perencanaan baru dan langkah-langkah serius.

"Wahai kaum Muslimin, jangan lupakan sunnatullah, yang tanpa ampun dan tak pernah meleset. Jangan lupakan kekuasaan Allah yang Maha Adil, Maha Suci dan Maha Agung. Ingatlah firman-Nya, Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali," tandas Syekh Tayyib seraya mengutip firman Allah dalam surah Asy-Syu'araa ayat 227.

Masjid di Amerika Serikat Terus Bertambah


umlah masjid di Amerika Serikat bertambah sebanyak 74 persen sejak tahun 2000. Pada 2000, tercatat 1.209 masjid di seluruh negeri Paman Sam. Jumlah masjid meningkat menjadi 2.106 masjid pada 2010. 

Sebanyak 56 persen dari masjid tersebut mengkaji pendekatan harfiah untuk menafsirkan isi Alquran. Data tersebut berdasar surveyiterbaru dari koalisi kelompok sipil Islam, cendekiawan dan kelompok non-Muslim.

Menurut Peneliti dari Institut Hartford untuk Keagamaan, Islam menunjukkan kemajuan yang kuat untuk mendorong jamaah terlibat dalam masyarakat, termasuk politiknya. Sementara menurut Sekretaris Jenderal Masyarakat Islam Amerika Utara, setelah kejadian 11 September, dirinya takut komunitas Muslim akan merasa terpinggirkan. 
“Itu tidak terjadi. Kini kami melihat keterlibatan masjid di berbagai bidang, Muslim membantu, bukan orang yang harus ditakuti,'' ujarnya.

Sementara menurut laporan Mehr News (3/3), peneliti dan penulis anggota Asosiasi Profesor untuk Studi Islam di Universitas Kentucky, Ihsan Bagby, menyatakan hasil riset menunjukkan peningkatan masyarakat Muslim dan partisipasi mereka dalam aktivitass sosial di Amerika Serikat. “Saya pikir hasil riset ini adalah pesan terbaik yang dapat kita berikan kepada dunia." katanya.

Sebagian besar masjid itu dibangun di New York dengan total 257 masjid, California dengan 246 masjid, Texas dengan 166 masjid dan Florida dengan 118 masjid. Bagby menjelaskan, "Peningkatan jumlah masjid itu juga mengindikasikan peningkatan sumber finansial masyarakat Muslim dan juga peningkatan jumlah warga Muslim di Amerika Serikat.''

Rasulullah Sebagai Pendidik

Rasulullah Sebagai Pendidik
(Menginspirasi dan Meneladani Sang Pendidik Sejati)
Ahmad Yani, MA
Setiap metodologi dapat diukur kebenarannya dengan ukuran keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapainya. Dan bila kaedah ini diterapkan dalam mengukur metodologi Rasulullah Saw dalam mendidik, maka akan ditemukan keberhasilan pendidikan yang begitu menakjubkan yang tidak pernah dicapai siapapun sepanjang sejarah.
Pendidikan dalam bahasa arab adalah tarbiyah yang berarti membentuk manusia ke arah kesempurnaan yang diridhai Allah SWT. Menuju ke  arah kesempurnaan dan bukan mencapai kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kemaksuman (bebas dari salah dan dosa) adalah milik Rasulullah.
Menyingkap kepribadian Rasulullah Saw sebagai pendidik menuntut kita untuk mengangkat sifat Rasulullah Saw yang mengantarkannya menjadi pendidik sejati, juga metodologi pendidikan Rasulullah yang dengan metode tersebut beliau mendidik sehingga berhasil dengan kesuksesan yang menakjubkan atas izin Allah SWT.
Sifat-sifat Sang Pendidik
1.    Kasih Sayang
Sifat ini harus ada dalam jiwa pendidik. Orang yang keras hatinya tidak cocok menjadi pendidik. Rasulullah Saw pernah meringankan shalat lantaran ada seorang anak yang menangis. Bagaimana beliau pernah ditimpa berbagai penyiksaan dan aniaya dari pihak Kufar Quraisy dan penduduk Thaif, namun beliau tetap berharap kebaikan bagi mereka: “Semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah kepadaNya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Anas bin Malik beliau berkata: “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih pengasih kepada keluarganya dari pada Rasulullah Saw”. (HR. Muslim).
2.    Sabar
Sabar adalah bekal utama setiap pendidik. Pendidik yang tidak memiliki sifat sabar bagai musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Rasulullah Saw mencontohkan kesabaran yang sangat tegar. Beliau bersabar atas penyiksaan jasmani dan jiwa dari kaumnya, kondisi ini terus terjadi hingga menjadi jelas maksud dan risalah yang dibawa, dan pada akhirnya kebencian berubah menjadi cinta dan penyiksaan berubah menjadi penghormatan. Namun sabar perlu dipahami dengan baik. Sabar perlu diiringi dengan ikhtiar dan doa.
3.    Rendah Hati
Seorang pendidik harus memiliki sifat rendah hati (tawadhu) terhadap para anak didiknya, karena kesombongan dan tinggi hati menyebabkan adanya jurang pemisah yang jauh antara dirinya dan anak didik. Dan ini menyebabkan hilangnya pengaruh dalam pendidikannya.
Rasulullah Saw adalah sosok manusia renah hati. Beliau mengucapkan salam kepada anak-anak. Anak-anak sering mengambil tangan Rasulullah Saw dan membawa beliau sesuai kehendak mereka. Bila seseorang bersalaman dengan Rasulullah Saw, beliau tidak akan menarik tangannya terlebih dahulu sebelum orang tersebut melepas tangannya, dan tidak memalingkan wajah sebelum orang tersebut memalingkan wajahnya.
4.    Cerdas
Pendidik dituntut cerdas dan pintar. Ia dituntut bisa memahami karakter, kondisi dan permasalahan anak didik secara detil. Dengan pemahaman tersebut, pendidikan yang diberikan bisa lebih memiliki peluang keberhasilan dan kesuksesan daripada sekedar mendidik tanpa paham tentang anak didik juga kondisinya. Seorang pendidik diharapkan bisa mempertimbangkan setiap perkara yang cocok dan tidak cocok bagi anak didiknya. Dan ini bisa dilakukan jika ia mengetahui kondisi anak didiknya.
5.    Lembut dan Pemaaf
Kesalahan dan sikap buruk anak didik tidak sepatutnya membangkitkan emosi dan amarah seorang pendidik. Dia dituntut mampu keluar dari kemarahan sehingga bisa berpikir dengan jernih, guna mencari solusi atas permasalahan. Sifat lembut ini juga diiringi dengan sifat pemaaf ketika mendapat perlakuan buruk dan keji. Satu kisah Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik  ra. Anas bin Malik berkata: “Aku berjalan bersama Rasulullah Saw, dan beliau memakai jubah Najran yang kasar sisi pinggirnya. Seorang Arab Badui menemuinya dan menarik selendang beliau dengan keras, hingga aku melihat leher Rasulullah Saw berbekas karena tarikan yang sangat keras. Badui itu berkata: “Wahai Muhammad perintahkanlah agar harta milik Allah SWT yang ada padamu untuk diberikan kepadaku karena kamu tidak membawa hartamu dan harta bapakmu untukku. Rasulullah menoleh kepadanya dan tersenyum, kemudian memerintahkan Sahabat untuk memberinya sesuatu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
6.    Kepribadian dan Wibawa yang Kuat
Seorang pendidik harus berkepribadian kuat, tidak ragu-ragu dan kurang percaya diri, agar dapat memberikan pengaruh pada anak didiknya. Kepribadian yang kuat tidak membutuhkan banyak hukuman dalam proses mendidik, bisa meminimalkan terjadinya penyimpangan, dan menanamkan kepuasan dalam jiwa. Dalam gambaran kewibawaan Rasulullah disebutkan bahwa: “Siapapun yang melihat Rasulullah Saw, maka dia pasti mengaguminya”.
Cara Rasulullah Mendidik
1.    Pembentukan Jiwa Terlebih Dahulu
Rasulullah memandang bahwa pendidikan harus diawali dengan pembentukan jiwa dan keimanan terlebih dahulu. Bila pendidikan tidak diawali dengan pembentukan jiwa dan keimanan maka segala tampilan luar dari hasil pendidikan bukanlah tampilan yang sebenarnya. Penanaman keimanan terhadap prinsip-prinsip yang mensucikan jiwa dan menjadikan prilaku lurus menjadi prioritas program, seperti penanaman keimanan agar mencintai kebaikan dan membenci kezaliman dan kekejian.
Rasulullah memerintahkan para orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya shalat pada usia tujuh tahun. Hal ini harus dilakukan dan diteruskan dengan pengarahan dan penanaman tentang kepuasan dan keimanan dalam jiwa anak terhadap urgensi shalat dan kewajibannya hingga tiga tahun berikutnya. Dan bila anak meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun, dia diberi sanksi. Dari Amru bin Syuaib, beliau  berkata: “Rasulullah Saw bersabda:“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun dan pisahkan mereka dari tempat tidur”. (HR. Abu Dawud).
2.    Penerapan Praktis
Iman di hati dan penerapan praktis adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, keduanya saling membutuhkan. Dengan maksud tersebut Allah SWT mengaitkan iman dengan amal shaleh lebih dari lima puluh lima ayat Al-Qur’an. Metodologi Rasulullah dalam pendidikan adalah dukungan teori ilmiah dengan penerapan praktis, karena buah pendidikan sebenarnya lahir dari penerapan praktis, bukan teori ilmiah.
3.    Berbicara dan Berdialog Sesuai Tingkat Pemahaman
Jika seorang pendidik berbicara kepada anak didiknya dengan bahasa yang tidak dipahaminya, maka bisa menimbulkan salah paham, dan menimbulkan salah penerapan. Karena itu, pendidik harus memperhatikan tingkat pemahaman akal anak didiknya, sehingga tidak mengajarkan dan mengarahkannya dengan bahasa yang tidak dipahaminya. Imam Muslim berkata: “Sesungguhnya Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah kamu berbicara dengan suatu kaum menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh akal mereka, melainkan ia menadi fitnah bagi sebagian mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
4.    Mengutamakan yang Lebih Penting dari yang Penting
Kaidah urutan prioritas penting diterapkan dalam proses pendidikan. Tidak sepatutnya seorang pendidik lebih fokus mengarahkan anak didik untuk melakukan amal sunah namun tidak memberikan arahan semestinya tehadap amalan wajib. Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata: “Sesungguhnya seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah Saw: “Kapan Kiamat terjadi?”, Rasulullah menjawab: “Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Dia menjawab: “Tidak ada, kecuali aku mencintai Allah SWT dan RasulNya”. Rasulullah Saw bersabda: “Kamu bersama siapa yang kamu cintai”. (HR. Bukhari dan Muslim). Seakan-akan Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa pengetahuan terhadap Kiamat tidak akan berfaedah jika tidak disertai dengan keimanan dan amal saleh, serta persiapan diri untuk menghadapinya.
5.    Memilih Kondisi yang Tepat untuk Memberikan Peringatan
Memilih kondisi yang tepat untuk memberikan pengarahan dan nasihat adalah langkah yang penting agar arahan dan nasihat mendapatkan pengaruhnya dalam jiwa anak didik. Inilah salah satu hikmah Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sesuai dengan kejadian dan sababun nuzuul (sebab turunnya). Rasul Saw juga demikian, karena itu ada sababul wuruud (sebab datang) hadits. Para Ulama telah banyak mengarang berbagai kitab tentang sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw.
Diantara hadits Rasul Saw yang datang karena sababul wuruud (sebab datang), Hakim bin Hizam ra, berkata: “Aku memohon kepada Rasulullah Saw harta, kemudian beliau memberikannya kepadaku, kemudian aku memohon kepadanya, kemudian ia memberikannya kepadaku, kemudian aku memohon kepadanya harta, kemudian ia memberikannya kepadaku. Kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai Hakim sesungguhnya harta benda itu hijau dan manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang terhormat, maka dia akan diberkahi di dalamnya. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang berlebihan dan tamak, maka tidak akan diberkahi. Bagaikan orang yang makan tetapi tidak merasa kenyang. Dan tangan yang di atas  lebih baik daripada tangan yang dibawah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikian sekelumit tentang sosok Rasulullah Saw sebagai pendidik sejati. Masyarakat sangat membutuhkan sosok-sosok pendidik yang dapat menginspirasi dan meneladani sang pendidik sejati. Sosok pendidik yang baik tentunya akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik pula, dan pendidikan yang baik adalah rahim yang akan melahirkan peradaban yang sama-sama kita nantikan. Wallahu a’lam.

Popular post

 
Support : Jasa Pembuatan Website | Toko Online | Web Bisnis
Copyright © 2011. Nurul Asri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger