Latest Post
11.13
Masjid-masjid unik di dunia, banyak dikunjungi wisatawan mancanegara di bulan Ramadan. Salah satunya Masjid Agung Djenne, Mali di Afrika. Bangunan masjid megah ini terbuat dari lumpur!
Tak disangka, bangunan masjid yang mulai didirikan pada tahun 800 Masehi ini merupakan salah satu bangunan tertua di kawasan kota tua Djenne, Mali. Masjid Agung Djenne dibangun kembali pada tahun 1907 dengan sentuhan gaya percampuran arsitektur Sudano dan Sahel yang masih utuh hingga kini.
Dari situs wisata Djenne, Kamis (11/7/2013) kala itu Kota Djenne mempunyai hubungan erat dengan sistem perdagangan emas, garam dan barang-barang lain yang keluar masuk kawasan ini. Selama bertahun-tahun kota ini juga menjadi pusat keilmuan Islam.
Para penduduk mendirikan masjid ini dengan susah payah. Namun, sempat diruntuhkan oleh Suku Amadu karena mereka ingin menyaingi dan membangun masjid baru yang tak kalah megah.
Semua sisi dinding-dinding masjid terbuat dari lumpur yang dikeraskan dengan bantuan langsung energi matahari. Kemudian bagian luar diperhalus dengan tambahan polesan lapisan lumpur sehingga tampil seperti pahatan.
Ketebalan dan tinggi dinding bervariasi, sekitar 41 cm dan 61 cm. Berguna untuk menahan berat struktur masjid yang tinggi. Selain itu juga untuk melindungi dari radiasi sinar matahari. Sifat lumpur memang mudah menyerap hawa panas matahari dan membuat suasana masjid menjadi hangat.
Masjid unik ini berada di sekitar tepi Sungai Bani. Untuk melindungi dari kerusakan air, terutama banjir semua struktur dibangun pada ketinggian tanah di atas 3 meter.
Cara perawatan masjid ini cukup unik dengan mengadakan festival unik yang hampir dirayakan setahun sekali. Semua penduduk Djenne berperan aktif untuk merawat masjid ini. Biasanya festival tersebut dijadikan ajang perlombaan yang diadakan untuk melihat siapa yang akan menjadi yang pertama untuk memberikan polesan ke dinding masjid.
Biasanya anak laki-laki yang saling bekerjasama memoles dinding dengan beberapa adukan lumpur yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian anak perempuan berlari ke dekat bangunan membawa beberapa air untuk membuat adukan lumpur.
Sedangkan para orang tua mereka duduk di pinggiran masjid bersorak sorai menyaksikan festival ini. Suara gemuruh musik islami dan bazar makanan turut serta memeriahkan festival ini.
UNESCO telah menetapkan bangunan masjid ini serta kawasan kota tua Djenne menjadi situs warisan dunia pada tahun 1988. Meskipun ada banyak masjid yang lebih tua saat ini, Masjid Agung Djenne tetap simbol paling menonjol dari kota Djenn dan bangsa Mali.
Masjid Agung di Afrika Terbuat dari Lumpur
Unik! Masjid Agung di Afrika Terbuat dari Lumpur
Masjid Agung Djenne, Afsel |
Tak disangka, bangunan masjid yang mulai didirikan pada tahun 800 Masehi ini merupakan salah satu bangunan tertua di kawasan kota tua Djenne, Mali. Masjid Agung Djenne dibangun kembali pada tahun 1907 dengan sentuhan gaya percampuran arsitektur Sudano dan Sahel yang masih utuh hingga kini.
Dari situs wisata Djenne, Kamis (11/7/2013) kala itu Kota Djenne mempunyai hubungan erat dengan sistem perdagangan emas, garam dan barang-barang lain yang keluar masuk kawasan ini. Selama bertahun-tahun kota ini juga menjadi pusat keilmuan Islam.
Para penduduk mendirikan masjid ini dengan susah payah. Namun, sempat diruntuhkan oleh Suku Amadu karena mereka ingin menyaingi dan membangun masjid baru yang tak kalah megah.
Semua sisi dinding-dinding masjid terbuat dari lumpur yang dikeraskan dengan bantuan langsung energi matahari. Kemudian bagian luar diperhalus dengan tambahan polesan lapisan lumpur sehingga tampil seperti pahatan.
Ketebalan dan tinggi dinding bervariasi, sekitar 41 cm dan 61 cm. Berguna untuk menahan berat struktur masjid yang tinggi. Selain itu juga untuk melindungi dari radiasi sinar matahari. Sifat lumpur memang mudah menyerap hawa panas matahari dan membuat suasana masjid menjadi hangat.
Masjid unik ini berada di sekitar tepi Sungai Bani. Untuk melindungi dari kerusakan air, terutama banjir semua struktur dibangun pada ketinggian tanah di atas 3 meter.
Cara perawatan masjid ini cukup unik dengan mengadakan festival unik yang hampir dirayakan setahun sekali. Semua penduduk Djenne berperan aktif untuk merawat masjid ini. Biasanya festival tersebut dijadikan ajang perlombaan yang diadakan untuk melihat siapa yang akan menjadi yang pertama untuk memberikan polesan ke dinding masjid.
Biasanya anak laki-laki yang saling bekerjasama memoles dinding dengan beberapa adukan lumpur yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian anak perempuan berlari ke dekat bangunan membawa beberapa air untuk membuat adukan lumpur.
Sedangkan para orang tua mereka duduk di pinggiran masjid bersorak sorai menyaksikan festival ini. Suara gemuruh musik islami dan bazar makanan turut serta memeriahkan festival ini.
UNESCO telah menetapkan bangunan masjid ini serta kawasan kota tua Djenne menjadi situs warisan dunia pada tahun 1988. Meskipun ada banyak masjid yang lebih tua saat ini, Masjid Agung Djenne tetap simbol paling menonjol dari kota Djenn dan bangsa Mali.
Label:
sejarah
11.05
Madinah - Jutaan masjid tersebar di berbagai belahan dunia. Di antara semuanya, Masjid Quba di Madinah menjadi yang tertua. Nabi Muhammad SAW meletakkan batu pertama pada abad ke-6 masehi. Masjid Quba masih berdiri megah sampai sekarang.
Masjidil Haram memang punya sejarah panjang sejak zaman Nabi Ibrahim, namun masjid pertama dalam sejarah Islam adalah Masjid Quba. Nah, kalau berkunjung ke Madinah, cobalah bertolak ke arah gerbang barat sekitar 5 Km dari Masjid Nabawi. Tak banyak wisatawan yang sadar, mereka sedang dihadapkan dengan masjid tertua di dunia.
Inilah Masjid Quba, yang pembangunannya rampung pada tahun 622 masehi. Dari situs resmi Quba Mosque, Kamis (11/7/2013), peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktu 20 hari di masjid ini, saat sedang berpindah dari Makkah ke Madinah.
Setelah batu pertama diletakkan, umatnya-lah yang menyelesaikan masjid ini. Semenjak itu Nabi Muhammad SAW sering datang ke Masjid Quba, dengan naik kuda maupun berjalan kaki. Sang Nabi pun berdoa dan salat di sini. Konon, salat sebanyak 2 rakaat di Masjid Quba pahalanya sama dengan 1 kali Umrah.
Karena usia yang sudah uzur, masjid ini dibangun ulang tahun 1982. Pada 2012, Masjid Quba kembali dipugar dan diperbesar. Pemerintah setempat menggelontorkan 100 juta Riyal (Rp 2,6 miliar) untuk membangun kembali masjid tertua di dunia ini.
Sekarang, Masjid Quba mencakup 2 lantai. Selain area untuk salat, terdapat pula kantor dan perpustakaan. Wisatawan tak perlu kuatir kalau pergi ke sini, ada beberapa hotel yang letaknya di sekitar Masjid Quba. Madinah Moevenpick Hotel, Marriott Madinah, dan Shaza Al Madina adalah beberapa di antaranya.
Masjid Tertua di Dunia, Dibuat oleh Nabi Muhammad
Masjid Tertua di Dunia, Dibuat oleh Nabi Muhammad
Masjid Quba di Madinah |
Masjidil Haram memang punya sejarah panjang sejak zaman Nabi Ibrahim, namun masjid pertama dalam sejarah Islam adalah Masjid Quba. Nah, kalau berkunjung ke Madinah, cobalah bertolak ke arah gerbang barat sekitar 5 Km dari Masjid Nabawi. Tak banyak wisatawan yang sadar, mereka sedang dihadapkan dengan masjid tertua di dunia.
Inilah Masjid Quba, yang pembangunannya rampung pada tahun 622 masehi. Dari situs resmi Quba Mosque, Kamis (11/7/2013), peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktu 20 hari di masjid ini, saat sedang berpindah dari Makkah ke Madinah.
Setelah batu pertama diletakkan, umatnya-lah yang menyelesaikan masjid ini. Semenjak itu Nabi Muhammad SAW sering datang ke Masjid Quba, dengan naik kuda maupun berjalan kaki. Sang Nabi pun berdoa dan salat di sini. Konon, salat sebanyak 2 rakaat di Masjid Quba pahalanya sama dengan 1 kali Umrah.
Karena usia yang sudah uzur, masjid ini dibangun ulang tahun 1982. Pada 2012, Masjid Quba kembali dipugar dan diperbesar. Pemerintah setempat menggelontorkan 100 juta Riyal (Rp 2,6 miliar) untuk membangun kembali masjid tertua di dunia ini.
Sekarang, Masjid Quba mencakup 2 lantai. Selain area untuk salat, terdapat pula kantor dan perpustakaan. Wisatawan tak perlu kuatir kalau pergi ke sini, ada beberapa hotel yang letaknya di sekitar Masjid Quba. Madinah Moevenpick Hotel, Marriott Madinah, dan Shaza Al Madina adalah beberapa di antaranya.
21.30
Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Shalahuddin al-Ayyubi
Kali ini kita
akan bercerita tentang seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan
yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan
suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi
atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin.
Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu
laki-laki lainnya.
Asal dan Masa Pertumbuhannya
Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk
meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini
menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada
orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu
ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”
Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah,
Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni
Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan
Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat
yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda,
menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai
jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran,
menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.
Diangkat Menjadi Mentri di Mesir
Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah
kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa
berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang
pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan,
dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud,
paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan
Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan
lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.
Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus
yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya,
Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Mengetahui kedatangan pasukan besar
ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir
sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah
orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan
Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir. Namun tidak lama
menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin
diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.
Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat
kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah
besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia tujukan
untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di tanah
Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah
satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan
lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah
Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.
Menaklukkan Jerusalem
Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem
benar-benar matang. Ia menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan
persiapan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan
membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum
muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan
dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka
menghadapi Pasukan Salib. Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan
penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando.
Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan dengan
cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.
Dari
segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer,
benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki
kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dll.
Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat,
namun dari situ tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia
bertekad apabila sembuh dari sakitnya, ia akan menaklukkan Pasukan
Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi tersebut dari
kesyirikan trinitas.
Dengan karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai
mewujudkan janjinya untuk membebaskan Jerusalem. Pembebasan Jerusalem
bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi
Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang
Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam
perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri
dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000
Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.
Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di
al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara
Allah ini mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib
sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui
syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini,
kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera menaklukkan
Pasukan Salib.
Untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib
besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya
segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh untuk
menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil
menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.
Pasukan Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak
berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan
menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu
tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan
Jerusalem)”. Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam
“Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan
bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir
mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri
kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda,
menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar,
dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu
orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi
yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib
kepada Shalahuddin dan pasukannya.
Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib
dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk
perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi
meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil
membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.
Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2
Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah
selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia
mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha,
membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan
kehormatan masjid tersebut.
Wafatnya Sang Pahlawan
Sebagaimana manusia sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul,
ulama, panglima perang dan yang lainnya, Shalahuddin pun wafat
meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat pada usia 55 tahun, pada 16
Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia
meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai
menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir
menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai,
merahmati, dan membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang
pembebas Jerusalem.
Sumber:
Shalahuddin al-Ayyubi Bathalu al-Hathin oleh Abdullah Nashir Unwan
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Label:
sejarah
21.28
Kisah Imam Masjid dan Supir Bus
Kisah Imam Masjid dan Supir Bus
Beberapa waktu yang lalu datanglah seorang imam yang baru di masjid London,
salah satu kota di Inggris. Imam ini setiap harinya naik bis dari
rumahnya menuju ke kota sehingga sering naik bis dengan supir yang sama.
Suatu hari beliau naik bis dan kemudian membayar harga karcisnya dan langsung duduk ! selang beberapa lama
pak supir mengembalikan uang kembalianya, begitu beliau melihat
uangnya, ternyata pak supir mengembalikan uang sisanya berlebih 20 pinis
!
Sang Imam langsung berfikir untuk mengembalikan uang lebihnya karena bukan haknya. Tapi muncul dalam benaknya bisikan: lupakan urusan ini ! sisanya tidak seberapa, tidak ada
seorangpun yang memperhatikannya, sebagaimana perusahaan bis
mendapatkan pemasukan yang sangat banyak, uang segini tidak ada artinya
bagi mereka dan tidak mengurangi sedikitpun pendapatannya!
Biar saya bawa, aku akan diam dan tidak akan aku kembalikan!
Berhentilah bis pada terminal
yang dikehendaki sang Imam, sebelum keluar dari bis, Imam tersebut
berhenti sejenak dan mengulurkan tangannya kepada sang supir dan berkata
: ambillah ! anda memberikan kepada saya uang lebih dari yang
semestinya aku terima !
Tersenyumlah sang supir seraya bertanya : bukankah anda Imam yang
baru di masjid kota kami ini ? sejak beberapa waktu yang lalu aku
berfikir hendak pergi ke masjid anda untuk mengenal agama Islam lebih
dekat ! uang lebih tadi aku berikan kepada anda dengan sengaja untuk
mengetahui bagaimana sikap anda !
Ketika sang Imam tadi turun dari bis, dia merasakan kedua lututnya
menjadi lumpuh, tidak kuat menahan tubuhnya dan badannya hampir terjatuh
merasakan beratnya peristiwa tersebut !
Kemudian berpegang dengan salah satu tiang di dekatnya, agar
tidak terjatuh sambil memandang ke atas langit dan berdoa disertai
tangisan : Ya Allah ! hampir saja aku menjual agama Islam dengan harga
20 pinis !
hikmahnya : janganlah sekali-kali meremehkan amanah sekecil apapun
karena sekecil apapun amanah tersebut ada pertanggungjawabannya di
hadapan Allah!
Ditulis oleh Ustadz Abu Saad
Label:
artikel
21.22
Mengenal Raja Faishal bin Abdul Aziz Alu Su’ud
Mengenal Raja Faishal bin Abdul Aziz Alu Su’ud
Mekah |
“Apakah kalian melihat pohon-pohon ini (pohon kurma)?! Sungguh ayah dan nenek moyang kita
ratusan tahun mampu bertahan hidup hanya dengan memakan buahnya. Kita
pun demikian, kita siap kembali tinggal di kemah-kemah seperti mereka.
Kita tidak butuh (uang dari penjualan) minyak, kalau hanya digunakan
musuh kita untuk memerangi (saudara-saudara) kita.”
Inilah potongan pidato Raja Faishal bin Abdul Aziz,
Raja Arab Saudi, ketika melihat Amerika berpihak kepada Israel yang
mencaplok tanah Palestina. Beliau menyatakan siap hidup miskin, tinggal
di kemah-kemah seperti seorang badui dan siap hanya memakan kurma saja
sebagaimana leluhurnya dahulu sebagai konsekuensi mengembargo ekspor
minyak ke Amerika.
Kelahiran dan Masa Pertumbuhannya
Dia adalah Faishal bin Abdul Aziz bin Abdurrahman al-Faishal Alu
Su’ud. Ia dilahirkan di Riyadh, bulan Safar 1324 H bertepatan dengan
April 1906 M. Hari kelahirannya tepat bersamaan dengan kemenangan sang
ayah, Abdul Aziz Alu Su’ud, dalam Perang Raudhah al-Hana, salah satu
perang terpenting yang melatarbelakangi terbentuknya Kerajaan Arab Saudi jilid III.
Faishal kecil mulai mempelajari agama Islam di lingkungan rumahnya
dengan guru-guru yang kompeten. Gurunya yang paling terkenal dan
berpengaruh terhadap keilmuannya adalah Syaikh Abdullah bin Abdul Latif
Alu asy-Syaikh, salah seorang keturunan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Faishal mampu menghafal Alquran di usia yang sangat belia, di usia yang
belum genap 13 tahun. Sebagaimana tradisi Arab dan kerajaan-kerajaan
Islam sebelumnya, putra mahkota akan dilatih menunggang kuda dan
terampil menggunakan senjata (bela diri) di masa kecil mereka, demikian
juga Faishal, ia mengalami masa kecil yang tidak jauh berbeda dari masa
kecil raja-raja Islam di abad klasik.
Di usia 13 tahun, untuk pertama kalinya Faishal turut serta berperang
bersama ayahnya. Saat itu memang bangsa Arab terpecah-pecah bukan hanya
dalam bentuk negara bahkan menjadi bersuku-suku. Tiga tahun kemudian,
di usia 16 tahun, ia dipercaya memimpin pasukan menaklukkan wilayah Hail
(kota di Barat Laut Arab Saudi sekarang), kemudian di usia 20 tahun
dipercaya sebagai pemimpin pasukan menghadapi pemberontak dari Yaman.
Setelah pemberontak Yaman ini mulai lemah dan kerajaan mampu untuk
menaklukkan Kota Shan’a, Raja Abdul Aziz menyepakati perjanjian damai
dengan orang-orang Yaman. Faishal muda yang masih bergejolak
semangatnya, merasa kecewa dan menolak keputusan sang ayah, namun dari
sanalah ia belajar tentang kebijaksanaan, kemenangan tidak hanya diukur
dengan kekuatan pedang. Dari kejadian itu juga sang ayah mengajarkan
kepadanya bagaimana mengambil tindakan dalam politik luar negeri.
Diangkat Menjadi Menteri Luar Negeri
Negara pertama yang dikunjungi Faishal bin Abdul Aziz ketika menjabat
menteri luar negeri adalah Kerajaan Inggris. Ia mengadakan dialog dan
menjalin kesepakatan-kesepakatan dengan negeri Ratu Elisabet tersebut.
Pada tahun 1939, atas perintah ayahnya, Faishal kembali mengunjungi
Inggris untuk melobi kerajaan tersebut agar tidak menjadikan wilayah Palestina
sebagai negara Yahudi. Saudi berusaha melobi Inggris dengan tawaran
kesepakatan tentang kerja sama minyak antara dua negara. Namun
superioritas Inggris kala itu tidak bisa dipengaruhi dengan kekuatan
minyak Arab Saudi.
Untuk mempromosikannya dan membuatnya semakin dikenal dunia, ayahnya,
Raja Abdul Aziz, menambah jabatannya. Selain sebagai menteri luar
negeri, ia juga dipercaya sebagai amir wilayah Hijaz, karena Hijaz yang
terdapat Mekah dan Madinah sangat erat kaitannya dengan dunia Islam
secara umum. Dan kebijakan ini semakin mengasah kemampuannya untuk
menjadi seorang pemimpin yang besar.
Menjadi Raja Arab Saudi
Pada bulan Rabiul Awal bertepatan dengan November 1953, Raja Faishal
diangkat menjadi raja Arab Saudi menggantikan saudaranya, Raja Saud bin
Abdul Aziz. Sebelumnya Raja Faishal menduduki posisi putra mahkota
(crown prince). Ia dilantik menjadi raja tanggal 2 November 1964.
Dalam pidato pertamanya sebagai raja, ia mengatakan, “Aku memohon
kepada saudara-saudaraku, untuk mengangap aku sebagai seorang saudara
dan pelayan Anda, kemuliaan hanyalah milik Allah.”
Salah satu kebijakan penting yang dibuat Raja Faishal di awal
pemerintahannya adalah ia menghapus aturan-aturan yang terkesan mebuat
jarak antara raja dan rakyatnya dan hubungan antara sesama rakyat; ia
menghapuskatn protokoler mencium tangan raja dalam acara kenegaraan,
menghapuskan perbudakan, bagi mereka yang memiliki budak agar segera
membebaskan budak-budak tersebut dan negara menanggung kompensasinya.
Negara mengeluarkan 60 juta Real untuk pembebasan budak. Tidak berhenti
sampai disitu, mantan budak ini diakui dan dimuliakan oleh negara dengan
diberi kewarganegaraan.
Kemudian Raja Faishal juga secara progresif memperbaiki perekonomian
kerajaan yang cukup terpuruk. Di awal pemerintahannya kas negara hanya
sebesar 2.000.000.000 Real kemudian di tahun 1975 menjadi 22.
810.000.000 Real. Upaya-upaya perbaikan ekonomi terus dilakukan oleh
Raja Faishal terutama membebaskan ketergantungan Real terhadap Dolar Amerika.
Perbaikan di sektor pendidikan pun menjadi perhatian utama Raja
Faishal, karena ia menyadari pondasi utama untuk memperbaiki dan
membangun negara adalah berangkat dari kualitas pendidikan yang baik. Ia
membangun banyak sekolah di seluruh wilayah Arab Saudi, sekolah untuk
anak laki-laki dan anak perempuan, kemudian juga membangun universitas
dan tempat-tempat penelitian ilmiah.
Pembangunan-pembangunan fisik dan infrastruktur yang baik juga tidak
lepas dari perhatiannya; pembangunan jalan-jalan, jaringan listrik,
fasilitas perairan, pabrik-pabrik dan kilang minyak, penyiaran, dan
telekomunikasi.
Kebijakan Politik Luar Negeri
Banyak sekali kebijakan-kebijakan luar negeri Raja Faishal yang
berpihak kepada Islam dan dunia Arab. Ia membentuk Rabithah al-‘Alam
al-Islami. Ia juga terkenal sebagai pemimpin Arab yang sangat vokal
dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, memfasilitasi organisasi
yang berjuang untuk kemerdekaan tersebut baik secara materi maupun
lobi-lobi politik.
Dalam sebuah pidatonya yang fenomenal, tentang pembebasan Palestina,
ia menyerukan rakyatnya untuk berjihad melawan Yahudi di tanah
Palestina.
“Saudara-saudaraku, apa yang kita tunggu? Apakah kita menunggu nurani dunia? Dimanakah nurani dunia itu?Sesungguhnya al-Quds yang mulia memanggil kalian dan meminta tolong kepada kalian, wahai saudara-saudara, agar kalian menolongnya dari musibah dan apa yang menimpanya. Apa yang membuat kita takut? Apakah kita takut mati? Padahal adakah kematian yang mulia dan lebih utama dari orang yang mati berjihad di jalan Allah?Wahai saudaraku kaum muslimin, kita semua harus bangkit! demi kebangkitan Islam, yang tidak dipengaruhi oleh kesukuan, kebangsaan, dan juga partai. Tapi dakwah islamiyah, seruan kepada jihad fi sabilillah, di jalan membela agama dan akidah kita, membela kesucian kita.Dan aku berharap kepada Allah, jika menetapkan aku mati, maka agar Dia aku syahid fi sabilillah.Saudaraku, maafkanlah aku, agar kalian tidak menuntutku. Karena sesungguhnya ketika aku berteriak (saat ini), masjid mulia kita sedang dihinakan dan dilecehkan, dipraktekkan di dalamnya kekejian, kemaksiatan, dan penyimpangan moral.Sesungguhnya aku berharap kepada Allah dengan ikhlas, jika aku tidak mampu melaksanakan jihad, tidak mampu membebaskan al-Quds … agar dia tidak menghidupkan aku setelah ini..”
Raja Faishal meneruskan langkah sang ayah, Raja Abdul Aziz, menjalin
hubungan diplomatik yang erat dengan Amerika Serikat. Dua negara ini
bekerja sama dalam perdagangan senjata dan pelatihan militer sampai
akhirnya hubungan ini pun retak dikarenakan campur tangan Amerika
terhadap isu-isu sensitif di Timur Tengah.
Pada tahun 1973, Amerika menekan negara-negara Arab, khususnya Mesir,
dalam Perang Yom Kipur. Negara adidaya tersebut mengancam akan
menyerang Mesir apabila Mesir meneruskan agresinya ke Israel. Mendengar
kabar tersebut Raja Faishal pun marah dan menyatakan perang secara
ekonomi dengan Amerika Serikat dengan cara mengembargo ekspor minyak
mereka ke negara adidaya itu. Kebijakan ini benar-benar menciutkan
Amerika beserta negara-negara Pakta Perlawanan Atlantik Utara (N.A.T.O)
yang mendukungnya.
Presiden Amerika saat itu, Richard Nixon sampai turun tangan langsung
untuk meredakan kemarahan Raja Faishal. Ia datang ke Arab Saudi untuk
berdialog dengan Raja Faishal membahas embargo yang dilakukan Saudi.
Namun Nixon harus pulang dengan rasa rendah diri setelah mendengar
ucapan Raja Faishal, “Tidak akan ada perdamaian sebelum Israel
mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!”
Wafatnya
Apa yang dilakukan Raja Faishal terhadap Richard Nixon dan negaranya
ternyata berbuntut panjang, dan disinyalir menjadi penyebab kematiannya.
Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1395 / 25 Maret 1975, keponakan Raja
Faishal yang bernama Faishal bin Mus’ad bin Abdul Aziz yang baru saja
pulang dari Amerika datang menemuinya. Di ruang tunggu, Faishal bin
Mus’ad berbicara dengan delegasi Quwait yang juga ingin bertemu Raja.
Saat Raja datang menemui mereka, Faishal bin Mus’ad mendekati Raja
dan berpura-pura hendak memeluknya, Raja Faishal yang tidak mengetahui
niat busuk keponakannya ini dengan senang hati menyambut keponakannya
dan mendekatinya untuk menciumnya sebagaimana budaya Arab Saudi pada
umumnya. Lalu Faishal bin Mus’ad mengeluarkan pistolnya, dan
menembakkannya kea rah Raja Faishal; tembakan pertama mengenai dagu Raja
Faishal dan tembakan kedua mengenai telinganya. Para pengawal Raja
menangkap Faishal bin Mus’ad dan menghentikan kebrutalannya lalu raja
segera dibawa ke rumah sakit. Namun sayang, nyawa Raja Faishal sudah
tidak tertolong lagi karena kehilangan banyak darah. Ia wafat tidak lama
setelah kejadian itu.
Dari hasil penyidikan, disinyalir bahwa Faishal bin Mus’ad memiliki
gangguan jiwa, namun ada juga yang menyatakan ia hendak membalas dendam
atas tewasnya saudaranya Khalid bin Mus’ad karena kekeliruan kebijakan
kerajaan. Faishal bin Mus’ad pun divonis hukum pancung. Eksekusi
dilaksanakan di Riyadh, 18 Juni 1975, di sore hari.
Semoga Allah membalas jasa-jasa Raja Faishal untuk Islam dan kaum muslimin dan menempatkannya di surga yang penuh kedamaian.
Sumber: islamstory.com dll.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
21.11
Mualaf-Mualaf Yang Memiliki Pengaruh Besar Dalam Sejarah Islam
Mualaf-Mualaf Yang Memiliki Pengaruh Besar Dalam Sejarah Islam
Keluarga Barmakid (600 M – 900 M)
Keluarga Barmakid adalah sebuah keluarga Budha yang berpengaruh dari daerah Balkh, sekarang berada di teritorial Afghanistan.
Pada saat Dinasti Umayyah menaklukkan daerah tersebut, pada pertengahan
tahun 600-an M, keluarga ini pun memeluk Islam. Setelah revolusi Abbasiyah tahun 750 M, keluarga Barmakid mulai menunjukkan bakat mereka sebagai administrator
yang handal. Mereka mewarisi pengalaman nenek moyang mereka yang pernah
mengurusi birokrasi kerajaan Persia selama berabad-abad. Pengalaman
mengurusi birokrasi yang besar inilah yang tidak dimiliki oleh keluarga
Abbasiyah.
Sebagai menteri atau pelaksana pemerintahan, keluarga Barmakid
memiliki pengaruh yang signifikan dalam stabilitas kerajaan di akhir
abad ke-8, Yahya bin Khalid al-Barmaki adalah adalah salah satu contohnya. Yahya ditunjuk sebagai mentor
Harun al-Rasyid yang masih belia kala itu. Hasilnya sudah kita ketahui,
Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah terbaik di zaman Abbasiyah dan
berhasil membawa kerajaan tersebut mencapai masa keemasan. Di bawah
arahan dan bimbingannya, Harun al-Rasyid membangun hubungan yang baik
dengan negara-negara tetangga, menumbuhkan ekonomi progresif, jaminan
terhadap para ulama, dan sistem infrastruktur yang menyaingi kemegahan
Romawi kuno di zamannya. Keluarga Barmakid lah yang sangat mempengaruhi
menajemen perpolitikan dunia Islam yang berlangsung hingga beberapa
abad.
Berke Khan (wafat tahun 1266 M)
Ia adalah cucu dari Jenghis Khan sang penakluk dari Mongol. Berke Khan merupakan tokoh penting dalam sejarah Mongol pada pertengahan tahun 1200-an M. Ia adalah raja Dinasti Golden Horde,
salah satu generasi yang membawa bangsa Mongol mengecap masa keemasan
mereka. Sebagaimana nenek moyangnya, Berke juga menganut paham
Shamanisme sebelum ia memeluk Islam. Berke adalah seorang pemimpin yang
kuat, ia pernah mengirim pasukan ke Utara pegunungan Kaukasus dan
Tenggara Eropa untuk menaklukkan orang-orang Kipchak Turki. Ia juga
memobilisasi pasukannya untuk menaklukkan seluruh wilayah Hungaria.
Setelah misi militernya selesai di wilayah-wilayah tersebut, dalam
perjalanan pulang menuju Mongol, ia singgah di wilayah Bukhara, tempat
dimana rasa keingintahuannya tentang Islam muncul. Lalu ia bertanya
tentang Islam kepada penduduk setempat. Mendengar penjelasan-penjelasan
tentang Islam, Berke meyakini pesan-pesan yang dibawa oleh agama Islam
benar-benar sejalan dengan tujuan penciptaan manusia dan mendamaikan
jiwanya yang tidak tenang dalam keyakinan animisme dan dinamisme yang
dibawa oleh ajaran Shamaniah. Ia pun memutuskan untuk memeluk agama
Islam sekaligus menjadi pemimpin Mongol pertama yang menerima Islam.
Keislamannya juga diikuti oleh banyak prajuritnya.
Keislaman Berke dan pasukannya secara otomatis menanamkan jiwa
persaudaraan mereka sesama umat Islam. Saat itulah mulai muncul
ketegangan ditubuh pasukan Mongol, terutama dengan kubu sepupunya Hulagu
Khan dari Dinasti Chagtai. Hulagu Khan adalah penguasa Mongol untuk
wilayah bekas-bekas kerajaan Persia, ia dikenal kejam dan sangat mirip
dengan kakek mereka Jenghis Khan. Hulagu telah membantai jutaan umat
Islam dalam ekspansi-ekspansinya di wilayah-wilayah Islam.
Setelah mendengar jatuhnya Baghdad oleh sepupunya, Hulaghu Khan, pada
tahun 1258, dengan penuh keyakinan dan semangat persaudaraan sesama
muslim, ia kesampingkan pertalian darah atau nasabnya dengan Hulagu. Ia
mengatakan “Hulagu telah memporak-porandakan semua kota-kota Islam dan
membunuh khalifah, dengan pertolongan Allah aku akan membalas dan
membuat perhitungan dengannya atas banyak darah umat Islam yang ia
tumpahkan.” Dengan dukungan pasukan kerajaan Mamluk di Mesir, Berke
memobilisasi pasukannya untuk memukul mundur pasukan Hulagu.
Zaganos Pasha (1446–1466 M)
Zagaros Pasha adalah seseorang yang berasal dari Yunani ada juga yang
mengatakan seorang Albania. ia direkrut menjadi Yenicheri, korps elit
kekaisaran Utsmani. Seperti Yenicheri lainnya, ia dibekali ilmu agama
Islam, administrasi pemerintahan, dan pelatihan militer. Ia ditunjuk
menjadi mentor dan penasihat calon raja ketujuh Dinasti Utsmani Sultan
Mehmed II atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih yang
masih sangat belia.
Saat Mehmed menjabat sebagai raja Utsmani, Zaragos pun diangkat
menjadi seorang menteri. Zaragos selalu dilibatkan dalam semua urusan
negara, terutama rencana penaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453.
Saat penyerangan Konstantinopel, Zaragos ditugaskan mengepung benteng
Konstantinopel dari bagian Utara, dan pasukannya merupakan rombongan
pertama yang berhasil menyentuh dinding Konstantinopel yang dikenal
begitu kokoh. Peninggalan-peninggalan Zaragos masih tersisa di wilayah
Edrine berupa masjid, dapur umum, dan pemandian umum.
Ibrahim Muteferrika (1674 – 1745 M)
Isu yang sering diarahkan kepada kerajaan Utsmani adalah ilmu pengetahuan pada masa kerajaan ini
tidak berkembang, stagnan, dan sangat minim dengan inovasi, tidak
berbanding dengan luasnya wilayah kerajaan dan lamanya masa kekuasaan
mereka. Seorang yang berasal dari Hungaria, Ibrahim Muteferrika,
mendengar dan mengamati isu yang beredar ini. Sebagai seorang diplomat
yang ditugaskan menjembatani hubungan Utsmani dan Eropa, khususnya
Prancis dan Swedia, Ibrahim Muteferrika menangkap peluang dari
kebangkitan Eropa (Renaissance) dimana penggunaan mesin cetak menjadi
budaya baru dan menurut Ibrahim orang-orang Eropa belum optimal
menggunakan alat tersebut. Ia pulang ke Istanbul dengan misi
mengembangkan inovasi percetakan dengan alat tersebut.
Ibrahim mulai mencetak dan menerbitkan atlas dunia yang berisikan
peta-peta berbagai negara, kamus-kamus, dan buku-buku agama. Di antara
hasil percetakannya yang paling terkenal adalah sebuah atlas yang dibuat
oleh seorang ahli geograpi yang terkenal, Katip Celebi, yang
menggambarkan peta dunia di zaman tersebut dengan tingkat detail dan
presisi yang luar biasa. Selain mengembangkan percetakan buku-buku,
Ibrahim Muteferrika juga menulis beberapa buku tentang sejarah, teologi,
sosiologi, dan astronomi.
Alexander Russel Webb (1846 – 1965 M)
Di akhir abad 19, dunia jurnalistik Amerika mulai memasuki era baru.
Pengaruh dunia tulis-menulis sangat besar dan efektif dalam membentuk
opini di masyarakat. Salah seorang yang berperan dalam perkembangan
tersebut adalah Alexander Russel Webb. Awalnya, Webb adalah seseorang
yang beragama Kristen, namun semakin hari agama tersebut malah
menimbulkan keraguan baginya, hingga hilanglah kepercayaannya dengan
agama Kristen.
Setelah kepercayaan terhadap agama Kristen hilang, ia mulai membuka
diri dan mempelajari agama-agama selain Kristen. Dan tiba-tiba ia
merasakan ketertarikan terhadap Islam. Ketika ditunjuk pemerintah
Amerika untuk menjadi salah satu pejabat kedutaan Amerika di Philipina
tahun 1887, ia menggunakan kesempatan ini untuk berkorespondensi dengan
temannya, seorang penganut Ahmadiyah dari India dan bertanya tentang
Islam kepadanya.
Meskipun keislamannya dimulai dengan menganut paham Ahmadiyah, ia
terus mengembangkan wawasan keislamannya dengan menuntut ilmu ke
berbagai negeri Islam dan bertemu dengan para ulama-ulama Islam sehingga
ia mendapatkan pemahaman yang baik tentang Islam dan terlepas dari
pengaruh Ahmadiyah.
Tahun 1893, ia mengundurkan diri dari dunia diplomatik dan kembali ke
Amerika. Di negeri Paman Sam inilah ia memulai dakwahnya menyeru kepada
Islam. Dengan kemampuan jurnalistiknya, ia menulis beberapa buku dan
kolom-kolom opini di media masa menjelaskan kepada masyarakat Amerika
tentang Islam. Di awal abad 20, ia semakin dikenal sebagai seorang
muslim yang giat dan vokal dalam mendakwahkan Islam di Amerika, bahkan
Sultan Utsmani, Sultan Abdul Hamid II, memberinya gelar kehormatan dari
kerajaan sebagai apresiasi terhadap apa yang telah ia lakukan. Alexander
Russel Webb wafat pada tahun 1916 dan dimakamkan di New Jesrey. Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya.
Malcolm X (1925 – 1965 M)
Banyak hal yang bisa diceritakan dari perjalanan hidup Malcolm X
karena perjalanan hidupnya tidak semulus tokoh-tokoh sebelumnya.
Hidupnya sempat diwarnai rekam jejak negatif. Terlahir sebagai seorang
kulit hitam adalah sebuah masalah di zamannya, karena masyarakat Amerika
masih memarjinalkan orang-orang kulit hitam. Malcolm memulai masa
mudanya yang keras dan berusaha menunjukkan eksistensinya di kehidupan,
walaupun terkadang itu membawa masalah bagi dirinya sendiri. Ia pernah
dikeluarkan oleh sekolahnya dan masuk bui di tahun 1946 karena kasus
kriminal yang ia lakukan.
Selama 8 tahun mendekam di jeruji besi, Malcolm
mulai terpengaruh dengan pemikiran “Negara Islam” yang dibawa oleh
salah satu kelompok yang menyimpang yang didirikan pada tahun 1900-an.
Kelompok ini mengkampanyekan supremasi orang-orang kulit hitam dan ras
kulit putih adalah kelompok setan. Tentu saja latar belakang berdirinya
kelompok ini adalah penindasan yang dilakukan oleh orang-orang kulit
putih terhadap orang-orang kulit hitam. Setelah bebas dari penjara,
Malcolm bertemu dengan “Nabi” gerakan NOI (Nation of Islam), Elijah
Muhammad, Malcolm pun diangkat sebagai mentri dalam NOI.
Pada tahun 1950-an, Malcolm menduduki jabatan tertinggi dalam
kelompok ini. Hal itu dikarenakan kecerdasannya dan retorikanya yang
baik. Di era kebebasan Amerika kala itu, Malcolm menjadi seorang pejuang
hak asasi yang terkemuka. Ia mengadvokasi hak-hak warga Amerika
keturunan Afrika agar menjadi setara dengan orang-orang kulit putih.
Perjuangan Malcolm ini sama halnya dengan Martin Luther King yang
berusaha menjadikan hak warga kulit hitam setara dengan kulit putih,
hanya saja, perjuangan Malcolm cenderung lebih keras dan radikal.
Tahun 1950-an terjadi transformasi lagi pada ideologi Malcolm, ia
mulai melihat celah dan kekeliruan gerakan Nation of Islam. Ia pun
meninggalkan gerakan ini dan mulai mengkaji Islam, mencari nilai-nilai
murni dari ajaran Islam yang penuh kedamaian. Ketika ber-haji di tahun
1964, saat itulah ia menemukan hakikat ajaran Islam. Ia pulang ke
Amerika lalu mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran
tersebut ke warga Afrika-Amerika di lingkungannya.
Di masa-masa perubahan ini pulalah Malcolm mulai angkat bicara
tentang penyimpangan paham Nation of Amerika. Satu demi satu anggota
Nation of Islam keluar dari gerakan tersebut, namun tidak sedikit pula
anggota-anggota gerakan ini yang membenci dan memusuhinya. Puncaknya
adalah pembunuhan terhadap dirinya pada tahun 1965 oleh anggota gerakan
Nation of Islam.
Walaupun masa keislamannya tidak begitu lama, Malcolm X dianggap
memiliki pengaruh besar bagi perjuangan umat Islam di Amerika dan
persamaan hak warga kulit hitam yang termarjinalkan.
Oleh ustadz Nur Fitri Hadi, MA
06.51
PERENCANAAN keuangan bisa dibilang ilmu baru di Indonesia yang mulai
dipraktekkan pada akhir 1990-an atau awal 2000-an. Di negara-negara
maju, justru telah populer sejak puluhan tahun sebelumnya.
Sejatinya, ilmu perencanaan keuangan sudah dipraktekkan puluhan ribu tahun silam. Di antara bukti sejarahnya, kisah Nabi Yusuf AS yang membuat dan mempraktekkan strategi menghadapi masa paceklik.
Al-Quran mencatat kisah Yusuf menerjemahkan mimpi Raja Mesir. Dalam tidurnya, sang raja melihat 7 ekor sapi gemuk yang digantikan 7 ekor sapi kurus serta gandum berisi digantikan gandum kering.
Banyak orang yang telah diminta pendapat mengenai arti mimpi tersebut. Tapi hanya Yusuf yang bisa memberi tahu maknanya. Katanya seperti tersirat dalam sejarah, akan datang 7 tahun masa panen, yang kemudian diikuti 7 tahun masa paceklik. Setelah itu, masa subur Mesir akan kembali.
Seperti kita tahu, sejak zaman dahulu kala, pertanian Mesir sangat bergantung pada Sungai Nil. Jika sungai mengalirkan airnya dengan baik, wilayah Mesir subur dan hasil panennya melimpah. Tapi, bukan tidak mungkin Sungai Nil mengering atau bahkan meluap.
Usai memaknai mimpi, Yusuf melanjutkan nasihatnya pada sang raja. “Hendaklah engkau bertanam 7 tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang engkau tuai hendaknya kau biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk engkau makan.” [Surah Yusuf ayat 47]
Selain membuat prakiraan kondisi di masa depan, Yusuf juga memberikan solusinya. Mengingat 7 tahun masa panen diikuti 7 tahun masa paceklik, hendaknya kita menyimpan hasil panen tetap dalam bulirnya sebagai cadangan saat paceklik tiba.
Sejarah membuktikan, walaupun menghadapi masa paceklik, rakyat Mesir tetap Makmur lantaran ada yang disimpan dari hasil panen sebelumnya. Sampai rakyat dari negeri tetangga yang kelaparan pun meminta bantuan mereka.
Bagi kita yang hidup di zaman sekarang, masa panen adalah masa produktif bekerja atau berbisnis. Masa pacekliknya, yaitu pensiun kelak. Hendaknya kita juga menyimpan hasil panen saat ini untuk menghadapi masa paceklik nanti.
Menariknya dari perkataan Yusuf adalah agar tetap menyimpan hasil panen dalam bulirnya, kecuali sedikit untuk dimakan. Saya mendapatkan kesan dari ayat ini bahwa hasil produksi kita sekarang seharusnya disimpan terlebih dahulu kecuali sedikit yang dikonsumsi. Bukannya dibelanjakan dulu, jika ada sisa lalu disimpan.
Terinspirasi dari kisah ini, saya menggunakan istilah “saving dulu, baru shopping”, seperti termaktub dalam buku saya yang berjudul: “Habiskan Saja Gajimu”. Model belanja dulu kemudian menyimpan, ternyata tidak efektif.
Hal kedua yang menarik dalam pernyataan Yusuf, yaitu panen 7 tahun dan paceklik 7 tahun. Secara logika matematika, mestinya separuh disimpan dan separuh dimakan bisa mencukupi. Tapi ayat tadi memerintahkan untuk makan sedikit saja, atau kurang dari setengah. Kenapa?
Nilai gandum memang tidak akan berkurang jika disimpan dalam bulirnya. Tapi, jumlah penduduk Mesir tentu bertambah banyak selama 7 tahun tersebut. Maka diperlukan jumlah gandum yang lebih besar untuk memberi makan rakyat di masa depan.
Dalam konteks kehidupan sekarang, ini yang kita sebut sebagai inflasi. Nominal uang yang kita simpan mungkin tetap atau bertambah, tapi harga-harga bertambah mahal. Maka strategi yang bisa kita tiru adalah memperkecil konsumsi, perbesar investasi.
Tanpa harus punya keahlian membaca mimpi seperti Nabi Yusuf, kita sudah tahu bahwa harga-harga naik di masa depan. Kita sudah faham kebutuhan bertambah besar seiring perkembangan keluarga. Kita pun mafhum akan menghadapi masa tidak produktif saat pensiun.
Akankah kita diam saja? Atau lakukan sesuatu seperti Nabi Yusuf lakukan?
Salam Berkah,
Perencanaan Keuangan ala Nabi Yusuf
Perencanaan Keuangan ala Nabi Yusuf
Perencanaan Keuangan |
Sejatinya, ilmu perencanaan keuangan sudah dipraktekkan puluhan ribu tahun silam. Di antara bukti sejarahnya, kisah Nabi Yusuf AS yang membuat dan mempraktekkan strategi menghadapi masa paceklik.
Al-Quran mencatat kisah Yusuf menerjemahkan mimpi Raja Mesir. Dalam tidurnya, sang raja melihat 7 ekor sapi gemuk yang digantikan 7 ekor sapi kurus serta gandum berisi digantikan gandum kering.
Banyak orang yang telah diminta pendapat mengenai arti mimpi tersebut. Tapi hanya Yusuf yang bisa memberi tahu maknanya. Katanya seperti tersirat dalam sejarah, akan datang 7 tahun masa panen, yang kemudian diikuti 7 tahun masa paceklik. Setelah itu, masa subur Mesir akan kembali.
Seperti kita tahu, sejak zaman dahulu kala, pertanian Mesir sangat bergantung pada Sungai Nil. Jika sungai mengalirkan airnya dengan baik, wilayah Mesir subur dan hasil panennya melimpah. Tapi, bukan tidak mungkin Sungai Nil mengering atau bahkan meluap.
Usai memaknai mimpi, Yusuf melanjutkan nasihatnya pada sang raja. “Hendaklah engkau bertanam 7 tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang engkau tuai hendaknya kau biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk engkau makan.” [Surah Yusuf ayat 47]
Selain membuat prakiraan kondisi di masa depan, Yusuf juga memberikan solusinya. Mengingat 7 tahun masa panen diikuti 7 tahun masa paceklik, hendaknya kita menyimpan hasil panen tetap dalam bulirnya sebagai cadangan saat paceklik tiba.
Sejarah membuktikan, walaupun menghadapi masa paceklik, rakyat Mesir tetap Makmur lantaran ada yang disimpan dari hasil panen sebelumnya. Sampai rakyat dari negeri tetangga yang kelaparan pun meminta bantuan mereka.
Bagi kita yang hidup di zaman sekarang, masa panen adalah masa produktif bekerja atau berbisnis. Masa pacekliknya, yaitu pensiun kelak. Hendaknya kita juga menyimpan hasil panen saat ini untuk menghadapi masa paceklik nanti.
Menariknya dari perkataan Yusuf adalah agar tetap menyimpan hasil panen dalam bulirnya, kecuali sedikit untuk dimakan. Saya mendapatkan kesan dari ayat ini bahwa hasil produksi kita sekarang seharusnya disimpan terlebih dahulu kecuali sedikit yang dikonsumsi. Bukannya dibelanjakan dulu, jika ada sisa lalu disimpan.
Terinspirasi dari kisah ini, saya menggunakan istilah “saving dulu, baru shopping”, seperti termaktub dalam buku saya yang berjudul: “Habiskan Saja Gajimu”. Model belanja dulu kemudian menyimpan, ternyata tidak efektif.
Hal kedua yang menarik dalam pernyataan Yusuf, yaitu panen 7 tahun dan paceklik 7 tahun. Secara logika matematika, mestinya separuh disimpan dan separuh dimakan bisa mencukupi. Tapi ayat tadi memerintahkan untuk makan sedikit saja, atau kurang dari setengah. Kenapa?
Nilai gandum memang tidak akan berkurang jika disimpan dalam bulirnya. Tapi, jumlah penduduk Mesir tentu bertambah banyak selama 7 tahun tersebut. Maka diperlukan jumlah gandum yang lebih besar untuk memberi makan rakyat di masa depan.
Dalam konteks kehidupan sekarang, ini yang kita sebut sebagai inflasi. Nominal uang yang kita simpan mungkin tetap atau bertambah, tapi harga-harga bertambah mahal. Maka strategi yang bisa kita tiru adalah memperkecil konsumsi, perbesar investasi.
Tanpa harus punya keahlian membaca mimpi seperti Nabi Yusuf, kita sudah tahu bahwa harga-harga naik di masa depan. Kita sudah faham kebutuhan bertambah besar seiring perkembangan keluarga. Kita pun mafhum akan menghadapi masa tidak produktif saat pensiun.
Akankah kita diam saja? Atau lakukan sesuatu seperti Nabi Yusuf lakukan?
Salam Berkah,
Popular post
-
Analisa Peta Perang Uhud adalah peperangan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin Mekah yang terjadi pada tahun 3 hijriyah di Gunung Uhud. ...
-
Peta Perjalanan Hijrah Dari Mekah Ke Madinah Rasulullah melaksanakan hijrah dari Mekah ke Madinah tidak melalui jalan utama. Tidak la...
-
Peta Wilayah Madinah Analisa Peta Madinah (sebelumnya bernama Yatsrib) dikelilingi oleh perkampungan kabilah-kabilah besar...