Peta Lokasi Masjidil haram dan Masjidil Aqsha
Isra berarti 'diperjalankan pada waktu malam'. Rasulullah dituntun oleh Allah dari Masjidil Haram di Mekah Wilayah jazirah Arab menuju Masjidil Aqsha di Palestina arah utara dari Mekah. Palestina merupakan wilayah tua yang pernah disinggahi oleh nenek moyang Rasulullah saw, yaitu Nabiyullah Ibrahim as. Demikian pula kebanyakan dari para nabi sesudah Nabi Ibrahim as. Di tempat ini, terdapat Masjidil Aqsha yang dijadikan Allah sebagai Kiblat bagi umat yang bertauhid. Di Masjidil Aqsha ini pula, Rasulullah melakukan mi'raj (perjalanan ke Sidratul Muntaha). Perjalan dari Mekah ke Palestina yang jika ditempuh dengan kendaraan modern melalui darat menghabiskan waktu 3 hari ini (sekitar 1500 km), ditempuh oleh Rasulullah hanya sesaat pada malam hari.SIRAH NABAWIYAH
Setelah perjuangan berat di Thaif, Rasulullah kembali tiba di Mekah. Rasulullah mendapat jamuan kemulian dari Allah, penghibur hati, pengganti dari apa yang dialami Rasulullah saw ketika berada di Thaif berupa penghinaan, penolakan, dan pengusiran. Beliau di-isra'-kan dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsha yang berada jauh di Palestina. Lalu, beliau menuju ke langit, menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, bertemu dengan roh para nabi terdahulu.
Keesokan harinya, beliau bertemu dengan kaum Quraisy dan mengabarkan peristiwa isra' dan mi'raj. Kaum Quraisy menolaknya, mengingkarinya, mendustakannya dan menghinanya. Abu Bakar berkata, "aku membenarkan apa yang beliau katakan. Ini tentu mengherankan bagi kalian." Dengan sikap Abu Bakar yang membenarkan apa yang terjadi pada Rasulullah, dia mendapat gelar Ash Shidiq, seorang yang selalu membenarkan Rasulullah.
Dalam perjalanan mi'raj ke Sidratul Muntaha, rasulullah mendapat wahyu pelaksanaan shalat. Perintah shalat diberlakukan kepada umat Muhammad sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, tetapi rasulullah memohon keringanan bagi umatnya sehingga kemudian perintah shalat menjadi lima kali dalam sehari semalam. Apabila shalat ini dilaksnakan dengan penuh iman dan ikhlas karena Allah ta'ala, pahalanya sama dengan yang lima puluh kali.
"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari apa yang dilihatnya dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS An Najm 53: 17-18).
Keesokan harinya, beliau bertemu dengan kaum Quraisy dan mengabarkan peristiwa isra' dan mi'raj. Kaum Quraisy menolaknya, mengingkarinya, mendustakannya dan menghinanya. Abu Bakar berkata, "aku membenarkan apa yang beliau katakan. Ini tentu mengherankan bagi kalian." Dengan sikap Abu Bakar yang membenarkan apa yang terjadi pada Rasulullah, dia mendapat gelar Ash Shidiq, seorang yang selalu membenarkan Rasulullah.
Dalam perjalanan mi'raj ke Sidratul Muntaha, rasulullah mendapat wahyu pelaksanaan shalat. Perintah shalat diberlakukan kepada umat Muhammad sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, tetapi rasulullah memohon keringanan bagi umatnya sehingga kemudian perintah shalat menjadi lima kali dalam sehari semalam. Apabila shalat ini dilaksnakan dengan penuh iman dan ikhlas karena Allah ta'ala, pahalanya sama dengan yang lima puluh kali.
Posting Komentar