Latest Post

Universitas Islam Tertua di Dunia

Islam sangat memandang penting dunia pendidikan. Nabi Muhammad SAW dalam banyak hadis menekankan betapa esensialnya pendidikan bagi umat. Karena itu, dalam sejarah Islam tolok ukur kemajuan selalu terletak pada hal tersebut.

Untuk mengembangkan pendidikan, adanya perguruan tinggi atau universitas sangatlah perlu. Di sanalah tempat mencetak para intelektual Muslim. Pembangunan kampus-kampus dalam sejarah peradaban Islam dimulai sejak abad pertengahan atau era keemasan Islam.

Hingga kini universitas tersebut tetap eksis dan melanjutkan upaya mencetak intelektual-intelektual muda Muslim. Usianya yang sudah ratusan tahun membuatnya makin matang.

Keberadaannya sangat disegani dan diperhitungkan. Sudah ribuan bahkan jutaan sarjana yang dihasilkan. Mereka mewarnai peradaban dan perkembangan dunia Islam. 

Universitas al-Qarawiyyin

Al-Qarawiyyin adalah bagian dari masjid dan didirikan pada 859 Masehi oleh Fatima al-Fihria, putri seorang pedagang kaya bernama Muhammad al-Fihri. Keluarga al-Fihri telah bermigrasi dari Kairouan (di sinilah asal nama masjid), Tunisia ke Fes pada awal abad ke-9.

Universitas al-Qarawiyyin berlokasi di Maroko dan didirikan oleh seorang Muslimah, Fatima al-Fihri, pada abad kesembilan. - (DOK WIKIPEDIA)

Selain tempat untuk ibadah, masjid segera berkembang menjadi tempat untuk pelajaran agama dan diskusi politik, secara bertahap memperluas pendidikan untuk berbagai mata pelajaran, khususnya ilmu alam.

Lambat laun materi yang diajarkan dan dibahas dalam ajang diskusi itu berkembang mencakup berbagai bidang. Tak cuma mengkaji Alquran dan fikih, tapi juga meluas hingga ke bidang tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, bahkan musik.

Beragam topik yang disajikan oleh para ilmuwan terkemuka ini akhirnya membetot perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi. 

Unversitas Sankore

Universitas yang ada di Timbuktu, Mali, Afrika Barat, ini selama empat abad lamanya sempat menjelma menjadi lembaga pendidikan berkelas dunia. Didirikan pada 989 Masehi, Universitas Sankore menyedot perhatian kalangan muda dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di dalamnya.

Corak khas arsitektur Islam di Universitas Sankore, Mali. - (DOK WIKIPEDIA)

Pada abad ke-12, jumlah mahasiswanya mencapai 25 ribu orang. Padahal, jumlah penduduk Kota Timbuktu di masa itu hanya berjumlah 100 ribu jiwa. Universitas ini diakui kualitasnya karena lulusannya mampu menghasilkan publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas.

Buktinya, baru-baru ini di Timbuktu, Mali, ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.

Aktivitas keilmuan di Sankore bemula dari masjid. Pada 989 M kepala hakim di Timbuktu bernama Al-Qadi Aqib bin Muhammad bin Umar memerintahkan berdirinya Masjid Sankore. Di masjid itulah kemudian aktivitas keilmuan tumbuh pesat. Seorang wanita Mandika yang kaya raya lalu menyumbangkan dananya untuk mendirikan Universitas Sankore. 

Universitas Al-Azhar

Universitas ini dididirikan pada 969 M. Bangunan Al Azhar berhubungan dengan Masjid Al- Azhar di wilayah Kairo Kuno. Sumber lain menyebut, universitas ini didirikan pada 970-972 M.


Universitas ini awalnya fokus pada bidang agama, tapi kemudian mengajarkan pula ilmu-ilmu pengetahuan modern. Universitas Al Azhar dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah, sementara nama Al-Azhar diambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW.

Perkuliahan pertama di Al-Azhar diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu'man dengan mengambil topik yurisprudensi Syiah yang bersumber dari kitab Al-Ikhtisar.

Keberadaan Al-Azhar sebagai sebuah institusi pendidikan terkemuka dan modern juga mendapat pengakuan dari Napoleon Bonaparte. Napoleon menyebut Al-Azhar sebagai tandingan Sorbonne, universitas tertua dan terbaik di daratan Prancis.

 

Sumber : republika

 

 

 

Peta Wilayah Perang Uhud

Analisa Peta
Perang Uhud adalah peperangan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin Mekah yang terjadi pada tahun 3 hijriyah di Gunung Uhud. Gunung kecil yang terdiri dari batu hitam diselimuti oleh tanah kering ini tingginya 1.050 meter, terletak disebelah barat Laut Madinah, tepatnya 5 km arah utara dari Masjid Nabawi dan arah selatan dari Gunung Tsur.


Dalam pertempuran itu, kaum muslimin mulanya berada dilembah gunung (cekungan tengah gunung). Posisi tersebut sangat strategis untuk menguasai keadaan karena kaum musyrikin berada dilereng-lereng dan kesulitan untuk melancarkan serangan. Akan tetapi, kemudian keadaan terbalik setelah kaum muslimin berpindah posisi ke lereng untuk mengambil harta rampasan. Situasi tersebut tidak disia-siakan kaum musyrikin pimpinan Khalid Bin Walid yang merengsek ke arah belakang gunung dan menduduki posisi cekungan gunung.

Sirah Nabawiyah

Sejarah Islam mencatat sejumlah peperangan yang menjadi bukti perjuangan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin kala itu. Salah satu peristiwa penting yang terjadi di masa Rasulullah SAW yang terjadi pada bulan Syawal adalah Perang Uhud.

Bukit Uhud

Perang ini terjadi pada bulan 10-15 tahun 3 Hijriyah. Sesuai namanya, Perang Uhud terjadi di kaki gunung Uhud. Uhud sendiri merupakan nama sebuah gunung yang terletak di sebelah utara kota Madinah dan sekitar tiga mil jarak dari kota itu.

Perang Uhud ini menjadi ajang balas dendam kekalahan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar sebelumnya. Dengan demikian, pasukan kaum Musyrikin telah melakukan persiapan dengan matang untuk menyerang kaum Muslimin.

Seperti dinukilkan dari buku berjudul Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW Jilid 3 oleh KH. Moenawar Chalil, disebutkan setidaknya lebih dari 3.000 tentara disiapkan, di antaranya 200 orang berkuda dengan bersenjata lengkap dan lainnya berkendaraan unta, dan 700 orang memakai baju besi.

Dipimpin oleh Abu Sufyan, tentara Musyrikin bergerak menuju Madinah sembari membawa tuhan mereka yang paling besar, yaitu Hubal dan diiringi perempuan-perempuan penyanyi. Sementara itu, dari kalangan kaum Muslimin, Rasulullah SAW mengerahkan setidaknya 1.000 tentara yang juga dipimpin olehnya langsung. 

Akan tetapi, sebanyak 300 orang yang merupakan orang-orang munafik mundur dan menarik diri dari peperangan. Golongan munafik tersebut dipimpin oleh Abdullah bin Ubay.

Dengan semangat ke medan perang, Nabi Muhammad SAW dan pasukan kaum Muslimin berangkat menuju Uhud pada waktu pagi, Sabtu tanggal 11 Syawal tahun ke-3 Hijriyah, dan kemudian pada petang hari itu juga mereka telah kembali ke Madinah. Namun, setelah dari Uhud tersebut dan kembali ke Madinah, Nabi SAW selanjutnya melakukan persiapan perang kembali.

Dalam pertempuran Uhud ini, pasukan kaum Muslimin terdesak dan mendapat kekalahan besar. Banyak di antara tentara Islam yang gugur dalam perang tersebut. 

Perang Uhud, Ketika Kemenangan Nyaris Berpihak pada Muslimin. Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah. Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah saat pasukan Muslim terdesak pada Perang Uhud.

Dalam kitab-kitab tarikh menurut riwayat Ibnu Hisyam dalam Sirahnya disebutkan, tentara kaum Muslimin yang gugur dalam Perang Uhud berjumlah sekitar 70 orang. Salah satu dari golongan muhajirin yang wafat sekaligus merupakan paman Nabi Muhammad SAW adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Para syuhada yang gugur dalam perang ini dikuburkan di lokasi perang di Gunung Uhud.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun mengalami luka parah dari serangan musuh. Utbah bin Abi Waqqash melemparkan potongan besi dan mengenai muka Nabi hingga, wajah beliau terluka dan salah satu gigi depan beliau patah. 

Pipi Nabi SAW juga terkena lemparan dua potong besi yang berasal dari kaitan baju rantai oleh Abu Qam'ah. Kuatnya lemparan itu membuat besi masuk dan menembus ke bagian dalam pipi beliau. Melihat itu, Hathib bin Abi Balta'ah kemudian mengejar dan membunuh Utbah.

Tidak hanya itu, Abdullah bin Syihab juga melemparkan batu dengan keras ke arah Nabi SAW. Sehingga, dahinya luka parah dan giginya pecah masuk menembus daging bibir beliau. 

Abu Ubaidah bin Jarrah lantas berupaya mencabut dua potong besi dari kaitan baju rantai yang menembus pipi Nabi SAW, namun ketika besi itu dicabut, dua gigi Abu Ubaidah ikut tanggal. Para sahabat berupaya keras melindungi Nabi SAW dari serangan musuh.  

Secara jumlah dan alat perang, pasukan kaum Muslimin memang kalah dibandingkan dengan pasukan musyrikin Quraisy. Di samping itu, kekalahan ini juga disebabkan karena sebagian tentara Muslim menyalahi perintah Nabi SAW sebagai panglima perang.

Awalnya, kemenangan dalam Perang Uhud nyaris berpihak kepada kaum Muslimin. Kawasan Bukit Uhud yang bergunung-gunung memudahkan penyusunan strategi perang yang dilakukan Nabi SAW. Beliau menempatkan 50 orang pemanah andal di lereng-lereng gunung sebagai penyerang utama. Mereka diperintahkan agar tidak meninggalkan posisi mereka.

Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma
Dengan posisi itu, tentara Islam dapat menyerang pasukan Quraisy dengan mudah. Sebab, tentara kafir berlarian dan meninggalkan banyak harta serta senjata. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab kekalahan kaum Muslim.

Rupanya, hal itu membuat pasukan Muslim lengah. Pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka karena mengira perang telah berakhir. Sementara panglima pasukan berkuda Quraisy, Khalid Al-Walid, memanfaatkan kesempatan dalam kelengahan tentara Islam itu. 

Ia menyusun strategi dan berbalik menyerang pasukan pemanah Islam serta merebut harta yang ditinggalkan. Tentara Quraisy juga menyerang pasukan Islam dari arah belakang.

Akibatnya, pasukan Islam terpukul mundur. Kekalahan pada Perang Uhud ini menjadi pelajaran penting bagi kaum Muslimin agar senantiasa tunduk dan patuh pada perintah pimpinan.

Perang Uhud juga mencatat adanya keterlibatan kaum perempuan. Disebutkan, perempuan dari tentara kaum Muslimin ikut berperang dan membantu dalam mengambilkan air minum, menyediakan makanan, serta membuat obat-obatan bagi yang terluka. Di antara mereka adalah Aisyah (istri Nabi SAW), Fathimah (putri Nabi), Shafiyyah (ibu dari Zubair dan saudara Hamzah), Ummu Sulaim (ibu dari Anas).

 

 

Mukjizat Nabi Musa: Tongkat Menjadi Ular hingga Membelah Lautan


Setiap rasul diberi amanah oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu. Mukjizat pun menjadi salah satu tanda kenabian yang diberikan oleh Allah, termasuk kepada Nabi Musa A.S. Nah, apa saja mukjizat Nabi Musa?

Setiap mukjizat Allah SWT firmankan dalam Al Quran. Hal itu agar setiap umat Islam dapat memercayai kenabian setiap rasul yang diutus oleh Allah SWT ke atas bumi.

1. Mengubah Tongkat Menjadi Ular

Kisah mukjizat mengubah tongkat menjadi ular tertulis dalam ayat al qur'an tentang mukjizat Nabi Musa surat Al-A'raf ayat 104-107. Dalam surat itu, dikisahkan Nabi Musa tengah diutus Allah SWT untuk menunjukkan bukti-bukti kepada Firaun.

Firaun pun menantang Nabi Musa untuk memperlihatkan bukti jika ia benar merupakan utusan dari Allah SWT. Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya dan secara tiba-tiba tongkat itu berubah jadi ular besar.

Arab: فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۖ

Latin: fa alqā 'aṣāhu fa iżā hiya ṡu'bānum mubīn

Artinya: Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.

Selain itu, tangan Nabi Musa menjadi putih bercahaya. Namun, kaum Firaun tetap tidak mau mempercayai kebesaran Allah SWT melalui Nabi Musa.

Arab: قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ عَلِيْمٌۙ

Latin: qālal-mala`u ming qaumi fir'auna inna hāżā lasāḥirun 'alīm

Artinya: Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata, "Orang ini benar-benar pesihir yang pandai,"

2. Membelah Lautan

Selain itu, ada juga mukjizat Nabi Musa membelah lautan. Dalam Quran surat Taha ayat 77-78 Allah SWT berfirman cara Nabi Musa dalam membelah lautan demi menyelamatkan diri,

Kisah itu bermula dari kejaran para bala tentara Firaun yang ingin menangkap Nabi Musa dan umatnya. Namun, saat mencari jalan pergi mereka terjebak di ujung perbatasan dengan laut sehingga tak ada jalan keluar kecuali melewati laut.

Akhirnya, Nabi Musa memukul tongkat tersebut ke tanah hingga membelah lautan. Nabi Musa dan pengikutnya pun berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah tersebut.

Arab: وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى

Latin: wa laqad auḥainā ilā mụsā an asri bi'ibādī faḍrib lahum ṭarīqan fil-baḥri yabasal lā takhāfu darakaw wa lā takhsyā

Artinya: Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukul lah (buat lah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).'

Para pasukan Firaun pun mengikuti Nabi Musa ke dalam lautan. Namun, mereka malah ditenggelamkan oleh Allah SWT.

Arab: فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ ۗ

Latin: fa atba'ahum fir'aunu bijunụdihī fa gasyiyahum minal-yammi mā gasyiyahum

Artinya: Kemudian Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak laut yang menenggelamkan mereka.

Selain itu, mukjizat Nabi Musa juga Allah firmankan dalam surat Asy Syuara ayat 60-66. Allah SWT berfirman bahwa para pasukan Firaun ikut masuk ke dalam lautan dan membuat pengikut Nabi Musa ketakutan.

Namun, Nabi Musa menenangkan umatnya karena Allah SWT telah memberi petunjuk. Firaun dan pasukannya akhirnya ditenggelamkan dalam Laut Merah.

Arab: ثُمَّ اَغْرَقْنَا الْاٰخَرِيْنَ ۗ

Latin: ṡumma agraqnal-ākharīn

Artinya: Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain (Firaun dan pasukannya).

Semoga mukjizat Nabi Musa bisa menambah keimanan kita ya!

 

 


Kesetiaan Nabi Harun, Kawan Seperjalanan Nabi Musa


Kisah Nabi
 Harun AS tak bisa dipisahkan dari saudaranya, Nabi Musa ASNabi Harun lebih tua dari Musa, tapi beberapa sumber menuliskan perbedaan soal selisih usia--ada yang menulis tiga tahun tapi ada pula yang menulis satu tahun. Disebutkan pula bahwa Harun masih keturunan Nabi Ibrahim AS.

Nama lengkapnya, Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Nabi Harun dikenal sebagai pribadi yang jujur dan fasih dalam berbicara. Disebutkan dalam sejumlah sumber bahwa Nabi Harun mendapat tugas untuk menemani Musa berdakwah, menyampaikan ajaran Allah SWT.

Di dalam Alquran, nama Harun pun kebanyakan dirangkai dengan nama Musa. Sebab kisah hidup dan perjalanan keduanya memang kerap berimpitan. Nama Nabi Harun setidaknya disebut 19 dalam Alquran. Nama Harun pertama kali disebut dalam Mushaf pada Surat Al-Baqarah ayat 248.

Diceritakan pula, bahwa Musa sendiri yang meminta kepada Allah SWT agar Harun menjadi rekan seperjalanannya. Ini juga disebutkan dalam firman Allah Surat Thaha ayat 29-32.

وَٱجۡعَل لِّي وَزِيرٗا مِّنۡ أَهۡلِي ٢٩ هَٰرُونَ أَخِي ٣٠ ٱشۡدُدۡ بِهِۦٓ أَزۡرِي ٣١ وَأَشۡرِكۡهُ فِيٓ أَمۡرِي ٣٢

Artinya: Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu) Harun saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutuku dalam urusanku. (Q. S. Thaha 20: 29-32).

Musa menyadari bahwa dirinya tak terlalu cakap berbicara. Karena itu Harun lah yang selalu mendampingi Musa.

Harun juga yang menjadi juru bicara ketika Musa kelak bertemu lagi dengan Firaun, menghadapi Bani Israil yang diceritakan suka membantah dan tak selalu patuh pada mereka berdua, hingga saat menyeberang ke Sinai. Harun juga menjadi juru bicara untuk menyampaikan pesan ke umat ketika Nabi Musa menerima wahyu.

Kendati, kecakapan Harun sempat diragukan oleh umat Musa. Orang-orang itu mulanya menganggap Harun tak sehebat Nabi Musa.

Dalam buku "The Prophets, Kisah Hikmah 25 Nabi Allah" dikisahkan, umat tak mau mendengarkan Harun karena dianggap tak dapat 'menghadirkan' Allah sebagaimana yang dilakukan Musa.

"Allah selalu berbicara langsung kepada Musa tanpa perantara, sedangkan Harun tidak terlihat semegah Musa dalam menunjukkan mukjizatnya. Tuhan berbicara kepada Harun melalui qalb atau perantara malaikat," tulis buku karya Dian Noviyanti tersebut.

Umat diceritakan belum siap menerima nabi selain Musa, mereka hanya memahami bahwa seorang nabi selayaknya harus seperti Musa. Lantas Harun pun memberi pengertian kepada umat untuk bersabar dan menunggu hingga Musa kembali.

Saat itu, Nabi Musa AS harus pergi ke Bukit Tursina untuk menerima wahyu Allah SWT. Maka Harun didaulat menjadi penggantinya untuk sementara. Pada tenggang masa itu, penduduk Bani Israil kepincut oleh muslihat seorang penduduk bernama Samiri. Diceritakan bahwa Samiri membawa patung anak sapi dari emas yang dikisahkan saat itu bisa 'hidup'. Sejak lama, Mesir menjadikan sapi sebagai simbol kemakmuran.

Itu sebab Bani Israil yang hidup lama di Mesir mencontoh kebiasaan bangsa Mesir. Hingga akhirnya, umat pun kembali menyembah berhala.

Harun mengingatkan, tapi ia justru tak digubris oleh penduduk Bani Israil. Bahkan mereka mengancam hendak membunuh Nabi Harun AS.

Sekalipun begitu Nabi Harun tetap menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

"Hai kaumku, sesungguhnya kalian diuji dengan patung anak sapi tersebut. Sesungguhnya hanya Tuhan yang Maha Pemurah, maka ikutlah aku dan taatilaah perintahku," kata Nabi Harun sebagaimana dikutip dari buku "The Prophets".

"Kami akan tetap menyembah patung anak sapi ini hingga Musa kembali kepada kami," umat tersebut menjawab seperti dikisahkan dalam buku yang sama.

Nabi Harun tetap melanjutkan dakwah, terus berdakwah dan menyampaikan ajaran Allah SWT sekalipun ditolak dan diancam.

Sekembalinya Musa, betapa terkejut ia melihat umatnya kembali menyembah berhala. Nabi Musa pun diceritakan menegur Nabi Harun kaarena dianggaap tak bisa menjaga keimanan umat. Harun menjelaskan bahwa ia telah menyeru umat untuk kembali kepada Allah, tapi umatnya tak percaya.

Selain itu Harun kala itu, tak mau membuat pertikaian di antara umat karena berbeda pendapat--yang menganggap hanya Nabi Musa satu-satunya yang hebat dan layak menjadi nabi. Ia tak ingin umat terpecah menjadi beberapa golongan, karena itu Harun memilih diam dan menunggu Musa kembali.

Mendengar itu semua, Nabi Musa pun berdoa kepada Allah, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku (Harun) dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang".

Nabi juga dikisahkan meminta pengampunan dan memohon untuk kembali dibukakan jalan bertobat.

Dari kisah Nabi Harun, manusia bisa belajar soal ketetapan hati menjalankan amanah yang sudah dipercayakan. Sekalipun itu berat dan mengalami penolakan ataupun rintangan lain.

Selain itu, Nabi Harun juga mampu menahan diri supaya tak menimbulkan permasalahan yang lebih besar. Ini terjadi saat ia menghadapi umat yang tidak percaya terhadap dirinya. Alih-alih melawannya balik dan berpotensi memunculkan perpecahan, ia memilih tetap tenang, bersabar sembari berdoa. (NMA/NMA) 

Semangat Wanita Anshar dan Muhazirin Bersedekah


Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya Pesona Ibadah Nabi menuliskan kisah semangatnya wanita Anshar dan Muhazirin bersedekah. Kisahnya suatu ketika, Zainab istri Muhazirin Abdullah Ibn Mas'ud sahabat membaca Alquran secara keras di dalam suatu majelis. 

"Dalam sejarah Zainab tercatat sebagai pemeluk Islam ke-6 itu menghadiri majelis yang dihadiri oleh Rasulullah SAW," kata Syekh Ahmad Rofi Usmani.

Dalam pertemuan tersebut, beliau SAW mengajak kaum perempuan untuk bersedekah. Setibanya di rumah, dari pertemuan tersebut Zainab lantas menemui sang suami dan berkata kepadanya. 

"Suamiku! engkau kan orang yang suka membantu orang lain. Tadi, Rasulullah memerintahkan kaum perempuan untuk bersedekah. Karena itu, temuilah beliau dan tanyakan kepadanya apakah sedekah ku boleh kuberikan kepada keluargaku sendiri? Jika tak boleh, sedekah itu akan ku alihkan kepada orang lain lain!" 

"Kau sajalah yang menemui beliau!"Jawab sang suami yang bernama lengkap Abu Abdurrahman Abdullah Ibn Mas'ud Ibnu Ghafil Ibn Habib Ibn Syamkh Ibnu Fa'r Makhzum ibn Sahilah ibn Kahil ibn Al-Harits ibn Tamim ibn Sa'd ibn Hudzail ibn Mas'ud.

Zainab kemudian pergi ke rumah Rasulullah SAW Setibanya di sana, ternyata di pintu rumah beliau telah menunggu seorang perempuan lain dari kalangan Anshar, dengan maksud yang sama. Mereka berdua sebenarnya segan menemui beliau.

Beberapa saat kemudian, Bilal bin Rabah keluar dari dalam rumah beliau. Melihat Bilal yang dikenalnya baik, Zainab pun berkata kepada muadzin pertama itu.

"Bilal! kembali kepada Rasulullah SAW dan sampaikan kepada beliau, di pintu ada dua orang perempuan yang ingin bertanya kepada beliau," pinta Zainab untuk menyampaikan pertanyaan.

"Bolehkah kedua perempuan itu bersedekah kepada suami mereka dan anak-anak yatim dan keluarga mereka sendiri? Tapi, jangan beritahukan kepada beliau siapa kami ini!"

Bilal pun berbalik lagi dan masuk kembali ke rumah Rasulullah SAW. Dia kemudian menyampaikan kepada beliau pesan kedua perempuan yang menunggu di balik pintu. Menerima pertanyaan demikian, beliau pun bertanya kepada Bilal. 

"Bilal" siapa kedua kedua perempuan itu?"

"Seorang perempuan dari kalangan Anshar dan Zainab istri Abdullah Ibnu Mas'ud ya Rasulullah!"Jawab Bilal.

Ucapkan beliau selanjutnya. "Katakan kepada kedua perempuan itu karena mereka akan mendapat dua pahala: Pahala karena berbuat kebajikan kepada keluarganya dan pahala bersedekah."

Nabi Muhammad Pastikan Doa Umatnya Dikabulkan


Baginda Rasulullah SAW bersabda, doa umatnya pasti dikabulkan. Dengan syarat tidak untuk memutus hubungan saudara atau untuk berbuat satu dosa.

"Pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga hal ini di sisi Allah SWT. Pertama ia akan langsung memperoleh apa yang dimintanya, kedua apabila doa ini tidak didapatkan, maka diselamatkan dari musibah atau keburukan sebagai ganti permintaannya, ketiga pahala doanya disimpan untuk diberikan di akhirat nanti," kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya mengutip hadist Rasulullah yang ia tulis dalam kitab Fadhilah Amal.

Hadits lain menyebutkan, pada hari kiamat Allah swt akan memanggil seorang hambanya dan berfirman." Wahai hamba-Ku, aku telah menyuruh mu agar berdoa kepadaku dan Aku berjanji akan mengabulkannya, lalu apakah kamu telah memohon kepada-Ku? 

Hamba itu menjawab? "Ya aku telah berdoa wahai Tuhanku." 

Allah SWT berfirman. "Tidak satupun doa yang kamu mohonkan melainkan aku terima." Kamu berdoa agar dihindarkan dari suatu bencana, maka aku akan menunaikan di dunia. Kamu berdoa agar dijauhkan dari suatu kesedihan tetapi kamu tidak merasakan hasil doamu  sebagai gantinya Aku akan tetapkan bagimu balasan dan palanya di akhirat."

Baginda Rasulullah SAW bersabda bahwa orang itu akan diingatkan lagi tentang doa-donya, dan akan diperlihatkan doa-doa yang telah dikabulkan di dunia. Dan doa-doa yang palanya disimpan di akhirat

Ketika ia mengetahui begitu banyak palanya, maka ia berangan-angan agar tidak ada satu pun doanya yang dikabulkan di dunia. Sehingga ia dapat menerima pahala seluruhnya di akhirat.

"Ringkasnya doa adalah sesuatu yang sangat penting," katanya.

Mengabaikan doa merupakan kerugian yang sangat besar. Meskipun Zahirnya tidak ada tanda-tanda doa kita diterima. 

Atas keadaan ini kata Syekh Maulana Muhammad Zakariya hendaknya kita tidak berburuk sangka kepada Allah. 

Dari hadits yang lain dengan jelas bahwa dalam pengambilan doa Allah SWT melihat kemaslahatan hambanya. Jika yang diminta oleh seorang hamba itu ada kemasalahtannya maka Allah swt akan mewujudkannya.

"Jika tidak Allah SWT tidak akan mewujudkannya. Ini pun merupakan karunia Allah SWT bagi orang yang bardoa. Karena kadang-kadang kita meminta sesuatu yang tidak sesuai dengan kemaslahatan kita, disebabkan ketidak paman kita," katanya.

Melimpahnya Buah Kurma Jabir Berkat Doa Rasulullah SAW


Ada satu kisah tentang pohon kurma yang buahnya berlimpah. Pohon kurma itu mendapat berkah dari doa Rasulullah SAW. 

Kisah ini dialami pemuda Anshar yang ingin membayar utang. Rasulullah yang mengingatkan pemuda tersebut untuk membayar utang dengan kurma dari pohon yang dimiliki pemuda tersebut. Kisah pemuda ini terdapat dalam hadist Bukhari berikut: 

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا أَنَسٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ وَهْبِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ تُوُفِّيَ وَتَرَكَ عَلَيْهِ ثَلَاثِينَ وَسْقًا لِرَجُلٍ مِنْ الْيَهُودِ فَاسْتَنْظَرَهُ جَابِرٌ فَأَبَى أَنْ يُنْظِرَهُ فَكَلَّمَ جَابِرٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَشْفَعَ لَهُ إِلَيْهِ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَلَّمَ الْيَهُودِيَّ لِيَأْخُذَ ثَمَرَ نَخْلِهِ بِالَّذِي لَهُ فَأَبَى فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّخْلَ فَمَشَى فِيهَا ثُمَّ قَالَ لِجَابِرٍ جُدَّ لَهُ فَأَوْفِ لَهُ الَّذِي لَهُ فَجَدَّهُ بَعْدَمَا رَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْفَاهُ ثَلَاثِينَ وَسْقًا وَفَضَلَتْ لَهُ سَبْعَةَ عَشَرَ وَسْقًا فَجَاءَ جَابِرٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَهُ بِالَّذِي كَانَ فَوَجَدَهُ يُصَلِّي الْعَصْرَ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَخْبَرَهُ بِالْفَضْلِ فَقَالَ أَخْبِرْ ذَلِكَ ابْنَ الْخَطَّابِ فَذَهَبَ جَابِرٌ إِلَى عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ لَقَدْ عَلِمْتُ حِينَ مَشَى فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُبَارَكَنَّ فِيهَا

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al Mundzir telah menceritakan kepada kami Anas dari Hisyam dari Wahb bin Kaisan dari Jabir bin Abdullah bahwa dia mengabarkan kepadanya bahwa bapaknya wafat dan meninggalkan utang sebanyak tiga puluh wasaq kepada orang Yahudi kemudian Jabir meminta penangguhan pelunasannya namun orang Yahudi itu menolaknya lalu Jabir menceritakannya kepada Rasulullah agar membantuya dalam permasalahannya dengan orang itu. 

Maka Rasulullah mendatangi dan berbicara dengan orang Yahudi tersebut agar bersedia menerima kebun kurma Jabir sebagai pelunasan utang bapaknya namun orang Yahudi tersebut tetap tidak mau. Kemudian Rasulullah mendatangi pohon kurma milik Jabir lalu mengelilinginya kemudian berkata kepada Jabir,  “Bersungguh-sungguhlah kamu untuk membayar utang dengan buah yang ada pada pohon kurma ini."  

Maka Jabir menandainya setelah Rasulullah pergi lalu dia melunasi utang sebanyak tiga puluh wasaq dan masih tersisa sebanyak tujuh belas wasaq kemudian Jabir datang menemui Rasulullah untuk mengabarkan apa yang terjadi namun didapatinya Beliau sedang melaksanakan sholat Ashar. 

Ketika sudah selesai, Jabir mengabarkan kepada Beliau tentang sisa buah kurma tersebut. Beliau bersabda: "Kabarkanlah hal ini kepada Umar bin Khattab." Jabir pergi menemui Umar lalu mengabarkannya, maka Umar berkata, "Sungguh aku sudah mengetahui ketika Beliau mengelilingi pohon kurma tersebut untuk memberkahinya."

 

Sumber: youm7

Nasihat Ulama yang Membuat Khalifah Harun Al Rasyid Menangis


Suatu ketika, Khalifah Harun Al Rasyid ditimpa gelisahan. Sang Khalifah pun minta diantar oleh Fadhal bin Rabu mendatangi rumah ulama, untuk meminta siraman rohani.

Fadhal mengantar khalifah ke rumah Fudhail bin Ayyadh yang terkenal zahid. Belum lagi Harun mengutarakan maksud kedatangannya, Fudhail berkata," Sadarkah Anda Amirul Mukminin, bagaimana orang memuji, mengangkat, dan meninggikan Anda?Tetapi kelak dihadapan Allah, Anda ditanyai tentang sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, hanya Anda yang menangung jawabnya. Orang yang paling cinta kepada Anda di dunia ini adalah orang yang lebih dahulu lari dan tidak bisa membela Anda."

"Ingatlah wahai, Amirul Mukminin, suatu kejadian yang belum lama terjadi, ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Dia memanggil Salim bin Abdullah, Muhammad bin Kaab, dan Raja bin Haiwah. Ia berkata kepada mereka, sekarang saya ditimpa musibah yakni memangku jabatan sebagai khalifah. Itulah sebabnya, kalian saya panggil, saya hendak minta saran dan nasihat."

"Ketika itu, wahai Amirul Mukminin, Salim bin Abdullah memberi saran kepada Umar. Jika Anda hendak lepas dari azab Allah berpuasa di dunia dan berbukalah ketika Anda mati. Muhammad Kaab pun menasihati Umar, jika Anda hendak lepas dari azab Allah, pandanglah umat Islam yang lebih tua dari Anda sebagai ayah, pada yang sama uurnya dengan Anda sebagai saudara, dan pada yang lebih mudah sebagai anak. Hormatilah ayahmu, sayangilah saudaramu, dan kasihilah anak-anakmu."

"Sedangkan Raja bin Huwaih menyarankan, jika Anda hendak lepas  dari azab Allah, kasihi kaum Muslimin sebagai Anda mengasihi dirimu sendiri. Jauhilah segala macam perkara yang dibenci rakyatmu. Bila semua itu sudah Anda jalankan, matilah bila Anda suka. Saya sampaikan nasihat ini, sedangkan hati saya sendiri sangat takut memikirkan bagaimana besarnya perkara yang Anda hadapi."

Mendengar nasihat itu, khalifah Harun Al Rasyid menangis,

 

Nasihat Rasulullah SAW untuk Menjaga Lidah


Abu Sufyan Ats Tsaqafi pernah berkata," Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang suatu hal yang dipakai sebagai upaya menjaga diri." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam menjawab,"Katakanlah, aku telah beriman dan istiqamah-lah."

"Lalu apa yang harus ku jaga," kata Abu Sufyan.

"Ini," kata Rasulullah sembari memagang lidahnya.

Satu kesempatan, Uqbah bin Amir berkata,"Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang paling banyak memasukan orang ke neraka." Rasulullah menjawab,"Mulut dan kemaluan,"

"Apakah jalan keselamatan hidup," tanya Uqbah.

"Tahanlah lidahmu, perluaslah rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu," jawab Rasulullah. (HR Turmidzi dan Ibnu Majah).

Umar bin Khattan pernah melihat Abu Bakar sedang menarik lidahnya dengan tangan. "Apa yang Anda perbuat wahai Khalifah Rasulullah," tanya Umar.

Abu Bakar menjawab," Inilah yan akan menyeretku dalam kehancuran. Sesugguhnya Rasulullah bersabda bahwa satu-satunya anggota tubuh manusia yang diadukan kepada Allah pada hari kiamat nanti adalah lidah karena ketajamannya (HR Ibu Abdi Dunya, Daraqutni)," kata Abu Bakar.

 

Kisah Rasulullah - bagian 11-13

Bagian 11
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Halimah

Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya, 
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya."

"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air mata.

Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak bertambah beban."

Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."

Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

Keberkahan

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti sampai di situ. Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.


"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."

Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan lebih dulu.

"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang keledaiku yang dulu."
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"

Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut.
"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.


Bagian 12
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Muhammad Kembali Ke Dusun

Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan putra tunggalnya itu.

"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.

Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus berterimakasih?"

Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.

"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah," pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa yang sangat mengguncangkan.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

*Pembelahan Dada*

Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.


"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan. Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya.
"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab Harits


Bagian 13

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

*Percakapan dengan Aminah *


Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran, 

"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?"

"Ya," jawab Halimah, 

"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."

Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya."

Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah Aminah demikian tenang.

"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?" tanya Aminah.

Halimah mengangguk, 

"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."

Aminah menarik napas.

"Demi Allah," katanya, 

"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-benderang. 
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."

Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut, 

"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."

Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

*Orang-Orang Habasyah*


"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing. 

"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.

Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan mereka.

"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.

Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah datang menjemput. 
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati Muhammad.

"Paman mau apa?" tanya Muhammad.

"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.

Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula dan kembali berunding berbisik-bisik.

"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.

Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang mereka katakan, 

"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini kelak akan menjadi orang besar."

Diam-diam, Halimah menjauh, 

"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang juga!"
 

*Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil*


Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22, 
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia haruslah kamu dengar."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

*Muhammad Menghilang* 


Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah walaupun dengan susah payah.

Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah. 
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.

"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan mata berkaca-kaca.

Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.

Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang, 
"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu."

Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba. Saat melalui  kerumunan orang itulah, Muhammad terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik Muhammad.

Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia berada."

Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

Bersambung

Popular post

Entri Populer

Entri Populer

 
Support : Jasa Pembuatan Website | Toko Online | Web Bisnis
Copyright © 2011. Nurul Asri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger