Latest Post
06.26
Mekah Pada Masa Kecil Muhammad SAW
Peta Wilayah Mekah Pada Masa Kecil Muhammad SAW
Peta Wilayah Mekah Pada Masa Kecil Muhammad SAW |
Mekah Al Mukarramah, Al Qur'an menyebutnya dengan "Bakkah Mubarrakah", sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia" (QS Ali Imron, 3:96)
Di Kota yang dahulunya lembah inilah, Rasulullah dilahirkan pada 571M atau 12 Rabiulawal tahun Gajah. Mekah merupakan pusta kegiatan perdagangan dan peribadatan bangsa Arab dan sekitarnya. Di dalamnya, terdapat ka'bah. Mekah terletak kira-kira 300 m diatas permukaan laut, di sebuah lembah kering yang dikelilingi gunung karang yang tandus. Panjang lembah ini dari barat ke timur sekitar 3 km dan dari utara ke selatan sekitar 1,5 km. jarak dari Mekah ke Jeddah 74 km, ke Thaif 80 km, ke madinah 498 km, ke riyadh 990 km. Pada musim panas, cuaca mencapai 54 derajat celcius dan pada musim dingin mencapai 10 derajat celcius.
Sirah Nabawiyah
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (nama aslinya Syaibah) bin hasyim (nama aslinya Amr) bin Abdul Manaf (nama aslinya Al Mughirah) bin Qushay (nama aslinya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr (julukannya adalah Quraisy yang kemudian suku ini dinisbatkan kepadanya) bin Malik bin nadhar (nama aslinya Qais) bin Kinananh bin Khuzaimah bin Mudrikah (nama aslinya, Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.
Lahir di Mekah, Senin 12 Rabiulawal tahun Gajah (20 atau 22 April 571 M). Sang kakek, Abdul Muthalib memilih nama "Muhammad", nama yang belum dikenal di kalangan bangsa Arab. semasa bayi, beliau disusui oleh tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab kemudian Halimah binti Abu Dzu'aib dari sa'ad bin Bakr. Setelah peristiwa pembelahan dada, dia dikembalikan kepada ibunya. Setelah Aminah, sang ibu wafat, Abdul Muthalib mengasuhnya sampai usia 8 tahun. setelah sang kakek wafat, sang paman, Abu Thalib mengasuhnya hingga beliau dewasa.
Awal remaja, beliau biasa menggembalakan kambing di kalangan bani Sa'ad dan juga di Mekah dengan imbalan beberapa dinas. usia 25 tahun, beliau berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Siti Khadijah. Dua bulan sesudah itu, beliau menikahi khadijah, seorang wanita terhormat, kaya raya, cantik, dan dari keluarga terpandang yang berusia 40 tahun. Pada usia 35 tahun, beliau digelari Al Amin, terpilih sebagai orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatya, menemukan solusi dari perselisihan hebat diantara kaum Quraisy.
Kelahiran dan Masa Sebelum Kenabian
Pada usia 12 tahun, Abu Thalib membawanya berdagang ke Syam. Setubanya di Bushra, beliau bertemu seorang rahib bernama bahira dan diberi kabar ada tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Abu Thalib diminta kembali ke Mekah demi keselamatan Muhammad dari ancaman para Ahli Kitab. Pada usia 15 tahun, Muhammad turut dalam perang Fijar dan perjanjian Hilful Fudul antara pihak Quraisy bernama Kinanah dengan pihak Qais Allan bersama paman-pamannya.Awal remaja, beliau biasa menggembalakan kambing di kalangan bani Sa'ad dan juga di Mekah dengan imbalan beberapa dinas. usia 25 tahun, beliau berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Siti Khadijah. Dua bulan sesudah itu, beliau menikahi khadijah, seorang wanita terhormat, kaya raya, cantik, dan dari keluarga terpandang yang berusia 40 tahun. Pada usia 35 tahun, beliau digelari Al Amin, terpilih sebagai orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatya, menemukan solusi dari perselisihan hebat diantara kaum Quraisy.
06.01
Sebab Sebab Turunnya Rezeki
Sebab Sebab Turunnya Rezeki
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan
atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah.
Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan
kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan
ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress
sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil
jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan
tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet,
perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan
silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan
uang atau alasan kebutuhan hidup.
Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya
sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat
gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang
menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan
jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan
tanpa disangka-sangka.
Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:
- Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)
Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, “Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya.”
Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)
- Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
“Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, “Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan.”
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
- Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
- Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim.” (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
“Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.
- Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR Muslim)
- Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas”ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
“Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
- Berbuat Baik kepada Orang Lemah
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
“Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)
Dhu”afa” (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.
- Serius di dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman, artinya,
“Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu.”
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu” hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah,
jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan
kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di
sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini.
Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua.
Amin.
Al-Sofwah( Sumber: Kutaib “Al Asbab al Jalibah lir Rizqi”, al-qism al-ilmi Darul Wathan. )
Label:
artikel
05.55
Bagaimana Nabi Mengajar Kita Untuk Keluar dari Beban Hutang?
Bagaimana Nabi Mengajar Kita Untuk Keluar dari Beban Hutang?
Semua orang berhutang. Percaya? Tiada apa yang perlu dimalukan.
Islam sendiri ada cara-cara berhutang yang betul. Apa yang penting,
berhutang ikut kemampuan kita dan bukan berhutang mengikuti apa kata
orang mau.
Apabila kita berhutang di luar kemampuan, itulah yang selalu menyebabkan kita terperangkap dengan hutang hutang berkepanjangan.
Berikut adalah doa yang Nabi Muhammad saw ajar kepada kita yang baik untuk diamalkan pagi dan petang untuk mengatasi masalah bebanan hutang.
Yaitu 4 langkah yang perlu kita buat apabila mau keluar dari beban hutang.
- Suzardi Maulan-Pakdinet-
Apabila kita berhutang di luar kemampuan, itulah yang selalu menyebabkan kita terperangkap dengan hutang hutang berkepanjangan.
Berikut adalah doa yang Nabi Muhammad saw ajar kepada kita yang baik untuk diamalkan pagi dan petang untuk mengatasi masalah bebanan hutang.
“Ya Allah aku berlindung dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah kemauan dan rasa malas, dari sifat pengecut dan bakhil, dari belenggu hutang dan tekanan manusia.”Apa yang kita maklum, berdoa sahaja tidak akan menyelesaikan masalah. Duit tidak datang dengan sendirinya selepas kita mengaminkan sesuatu doa. Namun doa yang Nabi saw ajar ini mengandungi pengajaran yang penting.
Yaitu 4 langkah yang perlu kita buat apabila mau keluar dari beban hutang.
1. Hilangkan perasaan susah dan sedih
Mula-mula perlu buang perasaan negatif ini. Kerana mereka yang mempunyai belenggu hutang yang besar secara automatik mempunyai perasaan gundah gulana sebegini besar, ada di mana mana hutangnya . Iyalah, hutang sudah mengelilingi pinggang. Justeru itu , kita akan akui bahwa kita ada hutang.
Ya, kita akui. Bukan berada dalam penafian . Jangan hindari tapi hadapi situasi tersebut. Ini adalah langkah pertama yang paling penting, akui kesalahan masalah keuangan kita dan tentunya hidup mesti terus berjalan.
2. Tanam sifat rajin
Setelah berlaku jujur dengan diri sendiri maka langkah seterusnya adalah menjadi orang rajin. Orang yang berjaya semuanya orang yang rajin. Harus rajin bekerja, buat bisnis dan cari pendapatan tambahan. Tiada alasan, itu harus diikhtiarkan.
3. Menjadi berani dan banyak bersedekah
Ada banyak keadaan memerlukan kita jadi berani. Jika perusahaan tempat anda bekerja memberikan gaji yang tak cukup untuk kebutuhan anda , kita mesti berani berhenti kerja dan mencari kerja di tempat lain. Atau bila bisnis pertama gagal, berani untuk tutup kedai dan berani memulai bisnis yang lain.
Yang paling penting, mesti berani menjual. Namun kebanyakan kita tidak berani menjual sedangkan Allah swt telah menghalalkan bisnis.
Dan pada masa yang sama, banyaklah beri sedekah, bantu orang lain walaupun kita masih lagi belum keluar dari belenggu hutang sepenuhnya. Ya, jangan jadi bakhil. Jadilah orang yang pemurah untuk keluar dari belenggu hutang.
Give first, earn later.
4. Bayar hutang dengan sistematik
Apabila kita telah membuat 3 langkah yang awal, maka tibalah masa untuk kita menyusun semula hutang-hutang dengan baik supaya kita dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat.
3 langkah sebelum ini menjadikan kita orang yang ada pendapatan lebih.
Namun jika duit lebih itu tidak dimanfaatkan untuk membayar hutang dengan sistematik maka kita tidak dapat keluar dari belenggu hutang ini dengan cepat.
Maka sebab itulah kita perlu berjumpa dengan pihak yang ada hutang dan membuat jadwal penstrukturan hutang yang sesuai. Ketika waktu beginilah kita menghadapi tekanan manusia lain yang datang menuntut hutang dengan pelbagai cara dan tekanan. Ya, hadapi mereka dengan berbincang secara baik. Pasti akan ada jalan keluarnya.
Usaha + Doa (Tawakal) = Bebas Hutang
Maka inilah fungsi doa dalam kehidupan. Setelah kita berusaha dengan cara yang betul, Allah akan membantu dengan caraNya yang lain atau dengan maksud yang lain, bertawakallah bersama dengan kita berusaha.- Suzardi Maulan-Pakdinet-
Label:
artikel
05.12
Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis
Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis |
Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan
(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia
maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang
yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya
didunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di tengah acara sebuah komunitas wirausaha Muslim terjadi sebuah
dialog untuk membangun dan mencari solusi ekonomi ummat, banyak hal yang
dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha dan perlunya bersaing
secara profesional dengan para pengusaha ‘non Muslim’ yang saat ini
begitu menguasai perekonomian negeri ini, diskusi lama lama terkesan
sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak kearah materialistik
cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin juga,
tapi ternyata kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki
warisan yang tak ternilai harganya. Ternyata umat Islam sudah memiliki
rumusan dan standar usaha yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan
dicontohkan oleh para sahabatnya ra, bimbingan yang sederhana, bimbingan
yang sangat mendarat dan manusiawi, penuh fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan janji Allah. Allah melibatkan diriNYa atas janjiNya.
Berdasarkan hadis shahih di atas, mari kita urai dan tinjau agar
mendapatkan makna dan rumusan agar urusan ujian manusia maupun bisnis
muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan Allah, sebagai
berikut :
“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan
(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia
maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak”
Siapa sih manusia yang tidak mengalami ujian dan cobaan dalam
kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan bisnis, ujian naik turun itu
menjadi suatu hal yang berulang terjadinya. Ketahuilah setiap hamba
Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan maupun kesukacitaan ,
tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah. Ujian dan cobaan
kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya.
Justru menurut hadist di atas, dan itu adalah sunnah Allah, dikala
kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam menghadapi ujian kehidupan,
dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan oleh Allah, justru
salah satu solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan
hamba yang lain. konsep ini sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan,
apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah. inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata yang pernah diabadikan dalam kisah
sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan dipersaudarakan Saad bin Rabi ra
dari Madinah.
Berkatalah Saad kepada Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku adalah
penduduk madinah yang kaya raya. Silahkan pilih separuh hartaku dan
ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu yang menurut
anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa
memperisterinya.
Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan menuju pasar.”
Kemudian abdurrahman menuju pasar, membeli, berdagang dan mendapat
untung besar, ketahuilah Allah terlibat! Allah berkahi saling tolong
menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan saudaranya.
Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda
termasuk golongan orang kaya, dan anda akan masuk surga secara perlahan
lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah
jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah Saw tersebut, ia
mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran padanya
dengan berlipatganda.
Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan
seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia
tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya dengan santai
dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian,
keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut menikmatinya. Karena
begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang madinah pernah
berkata: "seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha) dengan
Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada
mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan
sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka."
Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan
keberkahan, Allah bukakan peluang menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah
yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin, berawal dari
sikap tolong-menolong (ta’awun) sesama muslimin, bermula dari saling
memecahkan masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah
hukum Allah, inilah sunnatullah.
Inilah cara melibatkan Allah… bukan dengan cara bersaing dengan
pebisnis non-muslim melalui sistem yang dibuat oleh non-muslim juga,
MUSTAHIL akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali lagi menuju
kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan
manusia. Kalau mau tampil harus kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah dan Sunnah RasulNya.
Pembahasan ini membuat terhenyak para wirausaha yang hadir, diskusi
terhenti dan terhenyak diam, …semoga para peserta diskusi berfikir ulang
dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah dilakukan untuk membenahi
kekuatan ekonomi ummat… Tolonglah sudaramu yang sedang kesulitan…. ini
adalah langkah awal menuju kejayaan. (MM)
Label:
artikel
05.06
Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
Orang yang Takut Miskin justru akan Menjadi Miskin
Orang yang Takut Miskin justru akan Menjadi Miskin
Takut Miskin |
Dalam kehidupan di zaman modern penuh fitnah dewasa ini, kita jumpai
banyak sekali manusia yang hidup dipenuhi kegelisahan berkepanjangan.
Dan salah satu kegelisahan tersebut bersumber dari kekhawatirannya akan
jatuh miskin. Inilah fenomena nyata yang membuktikan betapa faham
materialisme telah mendominasi mayoritas penduduk planet bumi.
Kebanyakan orang saat ini jauh lebih takut akan kehilangan harta
daripada kehilangan iman dan keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat
raya. Banyak orang telah menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia
sebagai tujuan utamanya. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa
sallam memperingatkan kita bahwa jika dunia telah menjadi fokus
perhatian utama, maka hidup seseorang bakal berantakan dan kemiskinan
bakal menghantui dirinya terus-menerus.
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)
Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)
Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad shollallahu
’alaih wa sallam di atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup
dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki
sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah
terus-menerus mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah
di kampung akhirat nan kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka
dengan sendirinya Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan
benar itu dengan balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri
janjikan di dalam KitabNya:
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)
Barangsiapa ber’amal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik
di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari ’amal
sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat
yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang
paling pokok ialah ber-tauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya
bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada
apapun atau siapapun selain Allah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memberikan
kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka
bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut
ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama
surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah. Tentunya itu semua
dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir
belaka. Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna
dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah
itu Maha Esa). Artinya, ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di
dalam hati bahwa tidak ada tempat selain Allah untuk memohon dan
mengharapkan datangnya rezeki berkah yang bakal mencukupi hidup kita
plus hidup anak-istri plus biaya kita untuk beribadah, ber’amal,
berda’wah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa
membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat pertama) ketika
masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan) bakal tertolak dari
penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR Thabrani)
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan
sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku
berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku
berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan
manusia (penagih hutang/debt collector).”
-->
Label:
artikel
Popular post
-
Analisa Peta Perang Uhud adalah peperangan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin Mekah yang terjadi pada tahun 3 hijriyah di Gunung Uhud. ...
-
Peta Perjalanan Hijrah Dari Mekah Ke Madinah Rasulullah melaksanakan hijrah dari Mekah ke Madinah tidak melalui jalan utama. Tidak la...
-
Peta Wilayah Madinah Analisa Peta Madinah (sebelumnya bernama Yatsrib) dikelilingi oleh perkampungan kabilah-kabilah besar...